Jakarta, CNN Indonesia -- China meluncurkan kritik terhadap Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump terkait komentarnya yang mengindikasikan Washington tidak perlu terikat dengan prinsip "Satu China" khususnya dalam menjalin hubungan dengan Taiwan.
Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa kerja sama antar kedua negara tak akan berjalan jika AS tidak mengakui kepentingan utama Beijing terhadap Taiwan. China selama ini menganggap Taiwan merupakan bagian dari negara itu melalui prinsip "Satu China."
Kemlu China juga menolak segala upaya AS memanfaatkan isu Taiwan guna menyelesaikan permasalahan perdagangan dan keamanan antar kedua negara. Beijing menganggap Prinisip "Satu China" merupakan dasar hubungan kedua negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"China mengungkapkan keprihatinan yang serius tentang pernyataan AS tersebut. Saya ingin menekankan bahwa masalah Taiwan ini menyangkut kedaulatan dan integritas teritorial China dan
melibatkan kepentingan utama kami," ungkap juru bicara Kemlu China, Geng Shuang seperti dikutip
Reuters, Senin (12/12).
Menurut Geng, penegakan prinsip "Satu China" merupakan dasar politik bagi perkembangan hubungan bilateral antara AS dan China. Jika dasar hubungan antar kedua negara ini saja terganggu maka keberlangsungan dan perkembangan hubungan baik serta kerja sama antar kedua negara patut dipertanyakan.
Dalam kesempatan berbeda, Menlu China Wang Yi memperingatkan, segala upaya menentang prinsip "Satu China" hanya akan merugikan pihak atau negara tersebut.
"Saya menegaskan tidak peduli bahwa itu adalah pemerintahan Tsai Ing-wen [Presiden Taiwan] atau pihak lainnya jika mereka mencoba merusak prinsip Satu China dan merugikan kepentingan kami, pada akhirnya mereka hanya menjatuhkan batu pada kaki mereka sendiri," ungkap Wang kepada wartawan saat bertandang ke Swiss beberapa waktu lalu.
Baru-baru ini China memang kerap melontarkan kritik keras terhadap AS lantaran Trump telah melakukan pembicaraan langsung dengan Tsai. Pembicaraan tersebut merupakan yang pertama kalinya antar pemimpin AS dan Taiwan dalam 30 tahun terakhir usai AS menangguhkan pengakuan diplomatiknya terhadap Taiwan untuk memperbaiki hubungan dengan China.
China memang kerap melontarkan protes keras pada suatu negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Beijing namun juga mencoba menjalin hubungan dengan Taiwan. Selama ini Beijing menganggap Taiwan sebagai daerah yang membangkang lantaran upayanya untuk memerdekakan diri dari China.
Meskipun China menilai Trump tidak menghargai kebijakan "Satu China", diplomat senior China, Yang Jiechi dilaporkan telah bertemu dengan penasihat keamanan Trump, veteran angkatan darat AS Letnan Jenderal Michael Flynn baru-baru ini di New York.
Dalam pertemuan itu, keduanya dikabarkan sempat bertukar pandangan tentang isu-isu utama dalam hubungan Beijing dan Washington. Kemlu tak menjelaskan secara rinci apa hasil dan kapan pertemuan ini dilakukan.
Kemlu China mendesak pemerintah Trump untuk sepenuhnya mengerti dan menghargai sensitivitas isu Taiwan dan menjunjung tinggi prinsip "Satu China" guna menghindari rusaknya hubungan bilateral kedua negara.
"Hubungan China-AS memiliki strategi global yang signifikan yang tidka hanya menyangkut keberlangsungan kedua warga negara tapi juga menyangkut stabilitas keamanan, perdamaian, dan kesejahteraan di wilayah Asia Pasifik bahkan internasional," kata Geng.
Menyusul kritik China terkait komunikasinya dengan Presiden Taiwan, Trump kemudian mempertanyakan kepentingan negaranya mengakui prinsip kebijakan 'Satu China'.
"Saya sangat mengerti kebijakan 'Satu China,' tapi saya tidak mengerti mengapa kita harus terikat dengan kebijakan 'Satu China' kecuali kita memiliki kesepakatan lain dengan China, termasuk dalam perdagangan," ujar Trump pekan lalu.
Menurut konglomerat asal New York itu, AS tidak perlu terikat dan menjunjung tinggi prinsip "Satu China" jika Beijing tidak dapat menawarkan kesepakatan kerja sama baru yang lebih adil dan menguntungkan AS.
Trump diperkirakan akan memilih Gubernur negara bagian Iowa Terry Branstad atau mantan pejabat pemerintahan George W Bush, Jong Bolton, sebagai duta besar AS untuk China. Bolton dikenal memiliki pandangan dan sikap keras terhadap Beijing.
Dalam sebuah artikel di
Wall Street Journal Januari lalu, Bolton menyatakan bahwa Presiden AS harus bisa mengambil langkah yang lebih tegas guna menghentikan militer China yang agresif di Laut China Selatan dan Laut China Timur.
Ia juga menyarankan pemerintah AS harus mulai mempertimbangkan menerima diplomat Taiwan secara resmi melalui Kementerian Luar Negeri AS guna memulihkan hubungan diplomatik dengan Taiwan.
(stu/ama)