Wakil Presiden Afghanistan Bantah Aniaya Lawan Politik

Reuters/Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Rabu, 14 Des 2016 14:24 WIB
Abdul Rashid Dostum dilaporkan memukuli Ahmad Ishchi di depan banyak orang dan menculiknya dari sebuah acara olahraga yang digelar November lalu.
Ilustrasi penculikan (Thinkstock/cyano66)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Afghanistan Abdul Rashid Dostum membantah tuduhan yang menyebut dirinya telah menculik dan memukuli seorang lawan politik lalu mengancamnya dengan kekerasan seksual.

Menurut laporan The New York Times yang dikutip Reuters, Rabu (14/12), Dostum yang disaksikan banyak orang memukuli Ahmad Ishchi dan memerintahkan penahanan terhadapnya dalam sebuah acara olahraga, November lalu.

Ishchi dulu pernah menjadi anggota salah satu faksi politik yang sama dengan Dostum. Namun, belakangan mereka berselisih paham.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tuduhan ini belum dapat diverifikasi secara independen.

"Dia (Ishchi) ditahan oleh aparat keamanan Afghanistan atas dugaan mendanai oposisi dan ikut campur dalam masalah keamanan secara berulang kali," bunyi pernyataan seorang juru bicara Dostum, membantah semua tuduhan.

Dia juga menambahkan, "Belakangan, telah terjadi gerakan destruktif dari lingkaran yang tidak diketahui terhadap sang Wakil Presiden."

Sementara itu, Presiden Ashraf Ghani berjanji akan melakukan penyelidikan mendalam terhadap tuduhan Ishchi.

"Untuk pemerintahan Afghanistan, tidak ada yang berdiri di atas hukum," kata juru bicara Kepresidenan Haroon Chakhansori.

Kepada Reuters, Ishchi mengatakan dirinya berulangkali dipukuli dan diancam dengan pelecehan seksual ketika ditahan oleh orang-orang Dostum. Bahkan, pemukulan juga sempat dilakukan dengan senapan api, ujarnya

Ishchi mengatakan dirinya ditahan selama 15 hari dengan perawatan medis dari aparat keamanan.

Sementara itu, sejumlah kedutaan besar yang berada di Kabul menyatakan keprihatinannya atas masalah ini.

"Penahanan di luar hukum dan perlakuan terhadap Ishchi oleh Bapak Wakil Presiden membuat kami sangat prihatin," bunyi pernyataan Kedubes Amerika Serikat.

Uni Eropa, Australia, Kanada dan Norwegia pun mengamini pernyataan itu. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER