Bocah 6 Tahun Diduga jadi 'Korban' Duterte

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Jumat, 16 Des 2016 08:10 WIB
Seorang bocah menjadi korban penembakan yang diduga terkait dengan perang habis-habisan Presiden Filipina Rodrigo Duterte melawan narkotik.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menjanjikan peperangan melawan narkotik (Reuters/Lean Daval Jr)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang bocah berusia enam tahun dibunuh dalam keadaan tidur di Manila, FIlipina. Pembunuhan bocah tersebut dan ayahnya diduga terkait dengan kebijakan Presiden Rodrigo Duterte memerangi narkotik.

"Ada yang mengetuk pintu. Suami saya menyahut, 'siapa?' kemudian saya mendengar dua tembakan," kata Elizabeth Navarro, ibu sang bocah, sebagaimana dikutip CNN, Jumat (16/12).

Ketika Navarro menyadari apa yang sebenarnya terjadi, anaknya yang bernama Francis itu telah tiada. Suami perempuan berusia 29 tahun itu, Domingo Manosca, juga tewas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Si penembak telah melarikan diri.

Sejak menjabat Juni lalu, Duterte telah melancarkan perang habis-habisan melawan narkotik.

Tindakan keras ini telah dikaitkan dengan setidaknya 5.900 kematian. Sebanyak dua per tiga di antaranya dibunuh tanpa proses peradilan atau main hakim sendiri sementara sisanya tewas dalam operasi kepolisian.

Duterte sendiri mengatakan dirinya pernah membunuh tersangka kasus narkotik saat menjadi wali kota di Davao. Pernyataan ini mengundang kritik yang mulai dikaitkan dengan upaya pemakzulan.

Polling opini publik menunjukkan mayoritas warga Filipina mendukung perang yang dilakukan Duterte terhadap narkotik. Mereka menilai kebijakan ini membuat masyarakat merasa nyaman.

Namun, di jalanan padat perkampungan Manila, diberitakan CNN, tidak ada satu pun orang yang bisa menerima serangkaian pembunuhan itu.

"Mereka membunuh di mana saja. Kadang mereka membunuh 10 atau 20 kali dalam sehari. Saya takut. Sekarang kita tidak tahu siapa musuh kita," kata salah seorang perempuan.

Di jalanan dekat tempat persemayaman Francis dan Domingo Manosca, rekan-rekan korban mempertunjukan permainan kartu untuk mengumpulkan uang $900 yang dibutuhkan untuk pemakaman. Angka itu adalah tiga kali lipat pendapatan tahunan Domingo yang bekerja sebagai tukang ojek sepeda.

Sementara itu, ibu Domingo, Maria Musabia, mengatakan anaknya telah mulai menggunakan narkotik jenis sabu atau meth sejak berusia 29 tahun. Keduanya populer di antara warga miskin Filipina untuk meningkatkan energi dan menekan rasa lapar.

Enam bulan lalu, ketika Duterte mulai meluncurkan perang narkotik, Domingo berhenti menggunakannya dan menyerahkan diri pada polisi. Setelah dimintai keterangan, dia diperbolehkan kembali pergi.

Setelah itu, Domingo tidak pernah menggunakan barang haram itu lagi karena Duterte menjanjikan lebih banyak pembunuhan.

"Keluarga kami butuh bantuan," kata Musabia. (aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER