Survei: 55 Persen Warga AS Terganggu atas Isu Peretasan Rusia

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Senin, 19 Des 2016 18:32 WIB
Survei menunjukkan lebih dari setengah warga AS mengaku resah dan terganggu oleh isu peretasan Rusia yang diduga berupaya memengaruhi hasil pilpres AS.
Survei menunjukkan bahwa secara umum, sekitar 31 persen responden menilai Presiden terpilih AS, Donald Trump, terlalu dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Reuters/Alexander Zemlianichenko/Pool)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil jajak pendapat terbaru pekan ini menunjukkan lebih dari setengah warga Amerika mengaku resah dan terganggu oleh isu peretasan Rusia yang diduga berupaya memengaruhi pemilu AS dengan memenangkan Donald Trump.

Dalam survei yang dilakukan NBC News/Wall Street Journal yang dirilis pada Minggu (18/12), sekitar 43 persen dari 1.000 responden yang berpartisipasi dalam survei pada 12-15 Desember lalu mengaku mereka "sangat terganggu" atas isu serangan siber yang dilakukan oleh peretasan Rusia, yang menurut CIA, dilakukan atas sepengetahuan pemerintahan Presiden Vladimir Putin.

NBC News melaporkan bahwa 12 persen responden lainnya mengaku "sedikit terganggu" dengan isu tersebut. Hanya 23 persen yang mengaku tidak terganggu atas mencuatnya tudingan peretas Rusia membantu Trump memenangkan pemilu AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CNN mencatat bahwa hasil survei menunjukkan perbedaan yang signifikan di antara para responden. Sebanyak 86 persen partisipan dari Demokrat mengaku mereka resah atas isu tersebut, sementara hanya 29 persen partisipan Republik yang memiliki pendapat serupa.

Meski demikian, hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas warga Amerika tidak percaya peretasan Rusia mampu mempengaruhi hasil pemilu AS.

Hanya 37 persen responden yang meyakini bahwa peretas dari Rusia yang membantu Trump mengalahkan Clinton. Sementara 57 persen responden mengaku peretasan itu tidak berdampak apapun terhadap hasil pemilu.

Sumber intelijen senior mengungkapkan kepada NBC bahwa para pejabat intelijen kini memiliki "tingkat kepercayaan yang tinggi" bahwa Putin terlibat langsung dalam upaya Rusia memengaruhi pilpres AS yang digelar pada 8 November lalu.

Pendapat serupa dilontarkan Gedung Putih pekan lalu. Presiden petahana AS, Barack Obama pada Kamis (15/12) memastikan Amerika Serikat akan mengambil tindakan tegas terhadap Rusia terkait serangan siber itu.

Tudingan dari Gedung Putih dan intelijen AS ini semakin menempatkan pemerintahan Obama di bawah tekanan yang lebih besar untuk segera menanggapi kemungkinan campur tangan Moskow dalam pilpres AS secara lebih tegas lagi.

Secara umum, sekitar 31 persen responden menilai Trump "terlalu dekat" dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Sementara, 24 persen lainnya menilai sebaliknya. Sekitar 44 persen responden tidak mau mengungkapkan pendapat mereka soal hal itu.

Survei itu juga menunjukkan bahwa sekitar 50 persen responden mengaku setuju dengan proses transisi yang sedang dilakukan oleh Trump dan timnya. Sementara, 41 persen lainnya mengaku tidak setuju.

Namun, survei ini memperlihatkan bahwa tingkat penerimaan warga terhadap Trump menurun ketimbang terhadap Obama pada 2008 yakni 73 persen, dan terhadap Bill Clinton pada 1992 dengan 77 persen.

Survei ini memiliki tingkat kesalahan sebesar 3,1 persen poin. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER