Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah tabloid berpengaruh di China,
Global Times, menyebut Amerika Serikat harus berperang terlebih dahulu dengan China untuk bisa memblokir akses Beijing ke wilayah sengketa Laut China Selatan.
Komentar ini muncul usai calon Menteri Luar Negeri di era kepemimpinan Donald Trump, Rex Tillerson, menyebut China tak seharusnya diberikan akses masuk ke perairan itu. Diberitakan
Reuters, Jumat (13/1), tabloid itu mengatakan AS perlu mengerahkan teknologi nuklirnya untuk bisa mencegah China memasuki sejumlah pulau dan wilayah tersebut.
"Tillerson sebaiknya mengandalkan strategi nuklirnya jika dia ingin memaksa 'negara dengan kekuatan nuklir besar' [China] menarik diri dari wilayah teritorialnya sendiri," kutip koran itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Majalah itu juga mempertanyakan dasar hukum upaya pemblokiran akses China ke LCS oleh AS. Media itu mempertanyakan apakah upaya pemblokiran akses ke LCS ini juga berlaku bagi negara bersengketa lainnya seperti Vietnam dan Filipina.
Selama ini, China mengklaim hampir 90 persen wilayah Laut China Selatan yang memiliki nilai perdagangan mencapai US$5 triliun per tahun, atau sepertiga dari total perdagangan global. Klaim sepihak Beijing ini memicu konflik sengketa antara China dan sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Brunei, Malaysia, Vietnam, Filipina, bahkan Taiwan.
Washington sebelumnya telah meminta Beijing menghormati putusan keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) atas tuntutan Filipina mengenai sengketa LCS.
Salah satu hasil keputusan itu menyebutkan bahwa pengadilan menolak klaim China atas hak ekonomi di wilayah yang selama ini ditandai dengan sembilan garis putus-putus atau
nine-dash line.
Sementara itu, demi menegakan kebebasan bernavigasi di perairan LCS, AS kerap mengerahkan sejumlah pesawat dan kapal militer untuk berpatroli di perairan yang dianggap Washington sebagai "perairan internasional." Langkah AS ini jelas memperkeruh hubungan kedua negara, khususnya dalam sengketa itu.
Mengenai pencalonan Tillerson, editorial
Global Times menganggap mantan pimpinan perusahaan Exxon Mobil sebagai kandidat terlemah di kabinet Trump. Editorial menilai Tillerson memiliki potensi paling besar untuk ditolak oleh Kongres AS, meskipun tak merinci kritikannya tersebut.
"[Pernyataan Tillerson] diduga hanya sebagai bahan penjilat senator guna memperbesar peluangnya untuk dipilih dengan menunjukan sikap keras terhadap China," kritik tabloid itu.
Global Times merupakan tabloid kenamaan di China, terkenal dengan kritikan pedasnya pada pihak yang bersebrangan dengan pemerintahan Xi Jinping. Namun, pernyataan yang dipublikasikan tabloid yang diterbitkan partai berkuasa di China ini tidaklah serta-merta menggambarkan kebijakan negara itu secara menyeluruh.