Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang gadis Amerika Serikat berusia 12 tahun bernama Katelyn Nicole Davis menyiarkan langsung aksi bunuh dirinya di internet.
Gadis asal Cedartown, Georgia, Amerika Serikat, itu menyiarkan langsung proses bunuh dirinya pada Desember lalu menggunakan aplikasi Live.me, layanan yang mirip dengan Facebook Live.
Aksi ini menjadi viral setelah seseorang mengunduh video dari Live.me tersebut dan mengunggahnya ke jejaring sosial lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di awal video itu, Katelyn terlihat mengikat seuntai tali ke dahan pohon sambil mengucapkan pesan perpisahan kepada keluarga dan teman-temannya di hadapan kamera ponselnya.
"Saya minta maaf karena tidak bisa menjadi seorang perempuan yang cukup cantik. Saya minta maaf untuk semua hal. Saya benar-benar menyesal, tapi saya tidak bisa lagi menjalani ini," ujar Katelyn sambil menangis, seperti dikutip
AFP, Jumat (13/1).
Katelyn yang saat itu mengenakan blus putih dan celana jin, kemudian mengikat tali di lehernya dan gantung diri.
Beberapa hari sebelum kematiannya, Katelyn sempat mengunggah sebuah video berisi keluh kesahnya karena mengalami pelecehan seksual oleh anggota keluarganya sendiri.
Meskipun keluarga Katelyn telah menghapus video tersebut dari Facebook, rekaman itu telah tersebar luas di YouTube dan situs-situs lainnya.
Kepala kepolisian wilayah Polk, Kenny Dodd, menuturkan bahwa polisi sudah berupaya menghentikan peredaran video itu di media sosial.
"Sama seperti kebanyakan warga khususnya keluarga [Katelyn], kami menginginkan video itu dihapus [dari internet] karena mengganggu dan membahayakan anak-anak lainnya," ujar Dodd.
Meskipun upaya untuk menghapus video ini tidak memiliki kekuatan hukum yang sah, sejumlah situs sepakat untuk memblokir video tersebut.
Namun, upaya ini belum cukup kuat karena beberapa situs masih ragu untuk menghapus mengingat video itu mendatangkan banyak pengunjung.
Melansir
Independent, salah satu video Katelyn saja telah dilihat oleh 40 ribu pengguna
YouTube sebelum rekaman gambar itu diblokir.
"Kami telah menghubungi beberapa situs. Mereka hanya bertanya konsekuensi hukum seperti apa yang akan diterima jika tidak menghapus video itu. Menurut saya, [menghapus video] itu adalah hal moral yang patut dilakukan seluruh pihak," tuturnya.