Jakarta, CNN Indonesia --
Arab Saudi dan Perancis berharap pembicaraan soal gencatan senjata di Astana, Kazakhstan, bisa berujung pada dimulainya kembali upaya perdamaian PBB di Jenewa dan bantuan untuk warga sipil. Kedua negara adalah pendukung pemberontak Suriah.
Dalam konferensi pers bersama yang dilaporkan Reuters, Selasa (24/1), Menlu Perancis Jean-Marc Ayrault dan Menlu Saudi Adel al-Jubeir juga menyarankan kerja sama dengan pemerintahan Amerika Serikat yang kini dipimpin Presiden Donald Trump.Peran Trump dinilai penting untuk menyelesaikan serangkaian masalah di Timur Tengah. Iran, Rusia dan Turki akan mengakhiri perundingan di Kazakhstan hari ini dengan pengumuman mekanisme trilateral untuk mengawasi dan memastikan keberlangsungan gencatan senjata di Suriah. Arab Saudi tidak ikut dalam pertemuan di Astana, sementara perwakilan Perancis hanya menghadiri datang secara informal bersama rekanannya di blok Barat. Pembicaraan ini diadakan setelah perundingan di Jenewa gagal menyelesaikan konflik. “Kami beraharap keberhasilan pertemuan hari ini. Tapi saya tidak tahu apakah kita akan mencapai kesepakatan yang nyata. Kami berharap negosiasi akan dimulai kembali di Jenewa,” kata Ayrault. Pembicaraan di Jenewa yang dipimpin PBB akan kembali digelar 8 Februari nanti. Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, turut serta dalam pembicaraan di Astana. Arab Saudi, salah satu pendukung utama para pemberontak, belum mengindikasikan apakah akan terus mengirim dukungan militer sejak mereka diusir dari Aleppo, Desember. Duta Besar Amerika untuk Khazakstan mewakili Washington dalam pembicaraan ini. Jubeir mengatakan dirinya optomistis akan kemungkinan kerja sama pentolan kawasan dengan pemerintahan Trump. Dia juga menyiratkan kepercayaan pada calon pengisi kabinet Trump, termasuk penasihat keamanan nasional Michael Flynn yang dia sebut sebagai “patriot Amerika.” Flynn sebelumnya membuat heboh dengan retorika selama kampanye Trump. Contohnya, dia menyebut “ketakutan akan Muslim adalah sesuatu yang rasional” melalui akun Twitter. Ayrault lebih berhati-hati soal kemungkinan kerja sama dengan Trump. Dia mencatat, ada ketidakpastian dalam kebijakan pemerintah baru AS saat ini. Dia menekankani dukungan untuk ibu kota Palestina di Yerusalem Timur, menyiratkan ada pertentangan dengan rencana Trump untuk memindahkan kedutaan besar untuk Israel dari Tel Aviv ke kota tersebut. Dia juga mempertanyakan kepemimpinan AS dalam perdagangan dan perubahan iklim. “AS adalah negara yang kuat. Negara adidaya. Dan mereka memikul tanggung jawab akan dunia. Meski mempertahankan kepentingan warganya, AS tidak bisa melakukan itu tanpa pendekatan multilateral,” kata Ayrault.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(aal)