Pelarangan Trump Picu Demonstrasi di Sejumlah Bandara AS

Rahman Indra | CNN Indonesia
Minggu, 29 Jan 2017 10:21 WIB
Demonstran beraksi di sejumlah bandara menolak aturan ketat pelarangan masuk AS yang dikeluarkan Presiden Donald Trump.
Demonstran beraksi di sejumlah bandara menolak aturan pelarangan masuk ke AS yang dikeluarkan Presiden Donald Trump. (Foto: REUTERS/Patrick T. Fallon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah demonstran beraksi di bandara-bandara AS menolak adanya aturan pelarangan masuk ke negara AS yang dikeluarkan Presiden Donald Trump. Di antaranya, seperti dilansir Reuters, para demonstran beraksi di bandara O'Hare di Chicago, Illinois, pada Sabtu (28/1).

Aksi serupa juga terjadi di Terminal 4 Bandara JFK, dan Bandara Logan di Boston, Massachussetss.

Di bandara Los Angeles International Airport (LAX) California, sejumlah demonstran tampak memegang papan nama dari beberapa orang yang tertahan dan ditolak masuk ke negara AS. Di antaranya ada yang mengangkat kertas bertuliskan 'S. Saravi. Visa suspended. Karena aturan yang tidak konstitusional. Ia seorang mahasiswa kedokteran di Harvard.'

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, sebagai Presiden AS baru, Donald Trump mengeluarkan perintah 'larangan ekstrim' pada Jumat (27/1), berisi ketentuan larangan masuk semua pengungsi ke AS selama 120 hari. Perintah itu juga menolak kedatangan seluruh pengungsi asal Suriah, lantas memblokir kedatangan warga dari tujuh negara mayoritas muslim ke AS selama 90 hari. Ketujuh negara itu adalah: Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman.

Pelarangan ini berdampak pada sejumlah penumpang yang memiliki visa masuk AS, dan tertahan di sejumlah bandara.

Kebingungan juga dialami oleh para petugas di bandara yang susah payah menerjemahkan apa maksud dari aturan yang baru dikeluarkan tersebut, terutama menghadapi warga negara resmi beridentitas justru juga tertahan di bandara pasca kedatangan.

Situasi kacau terjadi di terminal kedatangan di John F. Kennedy International Airport di New York, di mana sejumlah pengacara melayangkan gugatan mewakili dua orang asal Irak yang bekerja untuk militer AS dan sedang berada di udara ketika Trump menandatangani aturan tersebut. Para demonstan mendukung tuntutan pengacara dan mereka yang tertahan di karena aturan Trump.

Di Toronto, Mohammadreza Tayfeh ditolak masuk ke AS karena kewarganegaraannya, dan kru pesawat Delta mencoba menenangkannya.

"Melabeli seluruh negara sebagai teroris? Saya tidak tahu lagi mau berkata apa," ujar Tayfeh, seorang asal Iran yang menyelesaikan gelar doktornya di bidang teknik University of Saskatchewan di Saskatoon.

Melanie Nezer dari Hebrew Immigrant Aid Society, grup Yahudi yang bekerja dengan pengungsi, mengatakan ada sekitar 2.000 orang yang dijadwalkan akan datang ke AS pekan depan.

Sayangnya itu tidak akan terjadi karena Trump mengeluarkan aturan pelarangan sementara empat bulan masuknya pengungsi ke AS dan melarang traveler yang berasal dari Suriah dan enam negara mayoritas Muslim lainnya. Ia mengatakan tindakan itu diambil untuk melindungi warga Amerika dari terorisme.


"Ini bukan pelarangan Muslim," kata Trump pada media. "Ini akan bekerja baik, di bandara dan tempat lainnya."

"Kita akan memiliki aturan ketat, sangat ketat, yang harusnya sudah ada sejak dulu di negara ini," tambah dia.

Pelarangan itu berdampak bagi siapa saja yang di paspornya bertanda dari negara Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman. Para pemegang paspor Hijau (AS) dan sudah warga tetap akan diijinkan masuk setelah dilakukan pengecekan dan dinyatakan bersih.

Warga Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara mengungkapkan aturan Trump diskriminatif dan penghinaan. Aturan tersebut juga dikecam banyak negara lain, seperti Perancis dan Jerman serta organisasi peduli hak asasi manusia.

Iran mengutuk perintah Trump tersebut dan menyebutnya 'perlawanan terhadap dunia Muslim dan negara Iran," dan mengumumkan pembalasan. Dari tujuh negara yang dilarang Trump, Iran mengirmkan wisatawan paling banyak ke AS sekitar 35.000 orang pada 2015 menurut Department of Homeland Security.

Sudan menyebut aturan pelarangan itu sebuah langkah yang 'sangat disayangkan' setelah Washington baru sepekan lalu berkomitmen melawan terorisme. Pemerintah Yaman juga mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap larangan Trump. (rah)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER