Jakarta, CNN Indonesia -- Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Yurievich Galuzin menganggap pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat untuk Israel ke Yerusalem bisa mengancam upaya perundingan damai antara Israel dan Palestina yang selama ini berusaha dicapai komunitas internasional.
Galuzin mengatakan, pemindahan kantor kedubes AS ini justru bisa mempertegang hubungan Israel-Palestina dan memperkeruh konflik antar kedua negara.
“Pemindahan kedubes AS ke Yerusalem bukan merupakan contoh tindakan suportif terhadap upaya perdamaian Israel-Palestina,” ucap Galuzin kepada wartawan di Kedubes Rusia di Jakarta, Selasa (31/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wacana pemindahan Kedubes AS ini pertama muncul dari mulut David Friedman, sosok yang ditunjuk Presiden Donald Trump menjadi dubes AS untuk Israel.
Pada pertengahan Desember lalu, Friedman menuturkan ketidaksabarannya untuk segera melaksanakan tugas di Yerusalem. Padahal, selama ini kedubes AS berlokasi di Tel Aviv bersama kedutaan negara asing lainnya.
Sebagai negara anggota Quartet, Kremlin juga menentang segala bentuk tindakan yang bisa memperkeruh penyelesaian konflik Palestina-Israel, termasuk kebijakan pendudukan Israel di wilayah berkonflik.
Quartet merupakan lembaga yang mensponsori upaya perdamaian Irael-Palestina, terdiri dari AS, Rusia, Uni Eropa, dan PBB.
Galuzin menegaskan, Rusia terus mendukung upaya tercapainya resolusi perdamaian antar kedua negara itu.
“Kami mengkritik segala tindakan yang bisa memperkeruh perundingan damai seperti kebijakan pemukiman Israel di wilayah Palestina termasuk Yerusalem,” tuturnya menambahkan.
Selama ini, status Yerusalem menjadi bagian dari konflik Palestina dan Israel. Palestina menganggap kota tersebut sebagai ibu kota negaranya di masa depan.
Galuzin berujar, penyelesaian konflik Palestina-Israel ini sangat penting dicapai lantaran rekonsiliasi keduanya bisa membawa perdamaian terhadap kawasan Timur Tengah secara menyeluruh.
Menurutnya, perdamaian Timur Tengah tidak akan terjadi tanpa tercapainya perdamaian antara Palestina dan Israel.
“Tanpa normalisasi isu Palestina-Israel tidak mungkin bisa membuat situasi di Timur Tengah kembali normal [tanpa konflik ataupun perang],” ujar Galuzin.
(aal)