Dengan Militer, Duterte Janji Bunuh Banyak Pengguna Narkotik

AFP | CNN Indonesia
Kamis, 02 Feb 2017 17:29 WIB
Presiden Rodrigo Duterte menyatakan akan melibatkan militer dalam perang anti-narkotik yang telah menewaskan ribuan orang.
Peran melawan narkotik di Filipina telah memakan ribuan korban dan akan berlanjut dengan bantuan militer. (REUTERS/Czar Dancel)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan akan melanjutkan perangnya melawan narkotik yang telah memakan ribuan korban jiwa. Kali ini, operasi akan dipimpin oleh militer.

"Saya melibatkan Pasukan Bersenjata Filipina dan meningkatkan isu narkotik sebagai ancaman keamanan negara sehingga saya akan memanggil semua pasukan untuk membantu," kata Duterte sebagaimana dikutip AFP, Kamis (2/2).

Dia juga berjanji akan lebih banyak membunuh pengguna narkotik yang dia sebut sebagai "anak pelacur."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amnesty International melaporkan pembunuhan yang sudah memakan 6.500 korban ini bisa mengarah pada kejahatan kemanusiaan.

Pernyataan Duterte menjadi sinyal jelas yang menunjukkan rencananya terkait perang narkotik, setelah dia menarik polisi dari operasi karena institusi tersebut dia nilai "korup sampai ke akar."

Langkah Duterte melawan polisi yang sebelumnya dia percaya sebagai ujung tombak melawan narkotik diambil menyusul serangakaian skandal mencuat bulan lalu. Anggota polisi diduga memanfaatkan operasi ini untuk melakukan pembunuhan, penculikan dan pemerasan.

Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah penculikan dan pembunuhan pengusaha Korea Selatan di markas besar polisi. Kejadian ini adalah salah satu dari rangkaian tindak pemerasan dengan dalih memberantas narkotik.

Amnesty menyebut polisi melanggar HAM secara sistematis, menembak mati orang-orang tak bersenjata, merekayasa barang bukti, menggunakan pembunuh bayaran dan mencuri dari orang-orang yang mereka bunuh.

Laporan juga menyebut polisi dibayar oleh sejumlah pejabat untuk membunuh dan mendokumentasikan korban yang salah satunya baru berusia 8 tahun.

"Polisi justru bertindak seperti penjahat bawah tanah yang mestinya mereka berangus," kata Amnesty.

Walau demikian, Duterte bergeming dan menampik tuduhan tersebut. Polisi melaporkan telah membunuh 2.555 orang dalam perang ini, sementara 4.000 korban tewas lainnya masih belum jelas.

(aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER