Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang warga negara Indonesia yang diduga bergabung dengan kelompok militan Abu Sayyaf tewas dalam operasi militer yang dilakukan oleh Pemerintah Filipina.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menuturkan, WNI yang diketahui memiliki nama samaran Mohisen dan empat anggota Abu Sayyaf lainnya tewas dalam sebuah serangan udara pada Rabu pekan ini di wilayah pegunungan Butig, sekitar 800 kilometer selatan Manila.
Ia berujar, salah satu pemimpin Abu Sayyaf yang paling dicari, Isnilon Hapilon, juga ikut terluka dalam serangan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai Jumat, Hapilon masih dikawal dan diangkut oleh empat orang dan bergerak ke arah timur laut dari Butig," ucap Lorenzana kepada
AFP, Sabtu (28/1).
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, Kementerian Luar Negeri belum bisa dihubungi untuk mengonfirmasi kabar ini.
Hapilon merupakan teroris yang masuk daftar hitam Amerika Serikat. Ia didakwa Washington atas keterlibatannya dalam penculikan tiga warga AS di FIlipina pada 2011 silam.
Menjadi BuronanIa dan kelompoknya memenggal salah satu tawanan tersebut di markas mereka yang berlokasi di Pulau Basilan.
Salah satu sandera berhasil selamat pada 2002, meski seorang sandera lainnya tewas dalam baku tembak antara tentara dan kelompok tersebut selama operasi penyelamatan.
Hapilon menjadi buronan dengan nilai US$5 juta hadiah bagi pihak yang berhasil menangkapnya.
Pria berusia 50 tahun ini telah berjanji setia kepada ISIS.
Kelompok tanki pemikir berbasis di Jakarta, Institute for Polcy Analysis of Conflict menuturkan, ISIS bahkan mendukung Hapilon sebagai "amir" atau pemimpin ISIS di kawasan Asia Tenggara.
Abu Sayyaf merupakan jaringan militan yang berdiri sekitar 1990-an dengan dana bantuan dari Al-Qaidah. Kelompok ini juga kerap mengumpulkan dana jutaan dolar dari hasil pembajakan kapal asing dan penculikan awak buahnya di sekitar perairan Malaysia, Filipina, dan Indonesia.
(asa)