Bidik Kursi Presiden, Le Pen Kampanye ala Trump

AFP | CNN Indonesia
Senin, 06 Feb 2017 10:15 WIB
Marine Le Pen resmi meluncurkan kampanye menuju pilpres Perancis. Dalam pidato di depan 3.000 pendukungnya, dia mengutarakan janji-janji senada Donald Trump.
Pemimpin ekstrem kanan Marine Le Pen resmi berkampanye untuk jadi presiden Perancis. (Robert Pratta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin ekstrem kanan, Marine Le Pen, bersumpah dirinya akan menempatkan Perancis sebagai prioritas. Hal ini disampaikannya dalam peluncuran resmi kampanye menuju kursi presiden, Minggu (5/2), seiring dengan janji-janji yang senada dengan pandangan Donald Trump.

Kepala Partai Front Nasional (FN) ini menyerang isu "imigrasi massal," globalisasi dan "fundamentalisme Islam." Dia juga menginginkan negara "yang tidak berutang kepada siapapun." Sejauh ini, sejumlah polling menempatkannya di puncak perburuan jabatan nomor satu di negara tersebut, tiga bulan yang akan datang.

Dalam pidato yang disampaukan di Lyon, Le Pen memuji Inggris yang memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa dan mendorong Perancis untuk menirukan pemilih Presiden AS Donald Trump "yang menempatkan kepentingan nasionalnya di depan."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia membandingkan globalisasi dengan perbudakan. Hal ini, menurutnya, berarti "memproduksi menggunakan budak untuk menjual kepada pengangguran."

Sebagaimana dikutip AFP, di depan 3.000 orang yang bersorak, Le Pen mengatakan Partai FN, "akan mengedepankan kepentingan lokal, bukan global."

"Hal yang tak mungkin kini menjadi memungkinkan," ujarnya, "memungkinkan para presiden seperti Donald Trump tidak hanya memenangkan pemilu dalam sistem yang dipersiapkan untuk mencegah orang-orang sepertinya untuk terpilih, tapi juga memegang janji-janjinya."

Sejumlah polling beberapa bulan ini menunjukkan Le Pen bisa memenangkan cukup suara di pemilu putaran pertama, 23 April ini, untuk bisa maju ke putaran selanjutnya. Namun demikian, peluangnya untuk memenangkan putaran kedua masih dipertanyakan.

Tampaknya Emmanuel Macron, yang merupakan seorang bankir investasi, akan menjadi saingan terbesar Le Pen. Seiring dengan makin ketatnya persaingan, perempuan berusia 48 tahun itu mengatakan kepada para pendukungnya, "dihadapkan dengan tokoh sayap kanan berduit dan sayap kiri berduit, hanya saya satu-satunya kandidat pilihan rakyat."

Dia juga merujuk pada kandidat konservatif Francois Fillon yang terganjal skandal yang menjeratnya. Istri Fillon dituding menerima gaji ratusan ribu euro sebagai asistennya di parlemen meski sesungguhnya tidak pernah bekerja di sana.

Insiden penyerangan berbau agama terhadap sekelompok tentara di museum Louvre, akhir pekan lalu, menggeser fokus Le Pen ke bidang keamanan, Islam dan imigrasi.

"Kami tidak mau warga Perancis terbiasa hidup dengan terorisme," ujarnya. Dia berjanji akan meningkatkan anggaran di bidang hukum dan ketertiban.

Sebelumnya, di kota ini, Le Pen pernah membandingkan warga Muslim yang beribadah di jalanan dengan okupasi Nazi. Kini, dia mengatakan, "Kami tidak ingin hidup di bawah tirani fundamentalisme."

Dia menjanjikan tidak ada toleransi untuk kriminal dengan wacana perekrutan 15 ribu personel polisi tambahan yang difokuskan ke kota-kota suburban Perancis.

Sementara orang-orang asing yang melakukan tindak kejahatan akan langsung diusir ke luar Perancis, ujarnya.

Soal Uni Eropa, dia mengatakan dirinya ingin "melepaskan Perancis dari tirani" Brussels. Jika organisasi tersebut menolak reformasi besar-besaran, maka dia berjanji akan melaksanakan referendum soal keanggotaan negaranya dalam rentang waktu enam bulan setelah menjabat.

(aal)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER