Jakarta, CNN Indonesia -- Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, terancam diusir dari tempat pengasingannya selama ini di Kedutaan Besar Ekuador di Inggris, jika kandidat presiden partai oposisi menang dalam pemilu.
Guillermo Lasso, pemimpin partai kanan Aliansi Creo-Suma yang maju dalam bursa pilpres tahun ini, mengatakan dirinya akan memberikan surat pemberitahuan kepada Assange dan memberikan tenggat waktu satu bulan baginya untuk keluar dari kedutaan Ekuador, jika dirinya terpilih.
Menurut Lasso, sudah saatnya bagi peretas asal Australia itu untuk "angkat kaki" lantaran biaya suaka Assange yang selama ini ditanggung pemerintah Ekuador tidak murah dan tak dapat lagi diteruskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga Ekuador telah membayar biaya yang seharusnya tidak wajib mereka tanggung. Kami secara hormat meminta tuan Assange meninggalkan kedubes dalam 30 hari sesuai mandat," ungkap Lasso dalam wawancara kepada
The Guardian di Quito pada Kamis (9/2).
Lasso memang belum tentu memenangkan pemilu yang rencananya berlangsung pekan depan. Sebab, sejauh ini jajak pendapat terbaru menunjukan elektabilitas Lasso masih tujuh poin di bawah kandidat capres dari partai berkuasa, Lenin Moreno.
Sejauh ini, sejumlah pengamat juga menilai tidak ada perubahan kekuasaan yang berarti di Quito.
Meski begitu, wacana perpindahan Assange dari kedubes yang terletak di Knightsbridge, London, tetap ada. Assange telah tinggal di sana lebih dari empat setengah tahun, menghindari upaya ekstradisi ke Swedia.
Jika Assange diekstradisi, ia harus menghadapi tuntutan dugaan pelecehan seksual.
Selama menetap di kedubes itu, pergerakan Assange sangat terbatas. Dia menempati salah satu kamar di bagian lantai dasar gedung.
Ia tidak bisa keluar ruangan meski hanya ke halaman teras kedutaan. Sebagian besar waktu Assange dihabiskan di dalam ruangan, di mana sedikit cahaya bisa masuk ke ruangan itu, terutama di saat musim dingin tiba.
Assange telah menganggap para staff kedubes sebagai keluarganya. Sesekali, Assange kerap dikunjungi selebriti yang mendukungnya.
"Ini posisi sulit bagi kami, khususnya Assange. Kami berupaya melakukan segala yang kami bisa untuk memberikan kenyamanan padanya," ujar Menteri Luar Negeri Guillaume Long.
Polisi dan intelijen Inggris memang menjaga sangat ketat kedubes ini sejak Ekuador memberikan Assange suaka pada Juni 2012 silam.
Ekuador menerima permintaan suaka dengan alasan, jika Assange diekstradisi ke Swedia atau Amerika Serikat, dirinya akan menjadi tahanan politik dan mendapat penganiayaan yang selama ini dialami whistleblower, Chelsea Manning.
Pemerintah Ekuador selama ini mempertahankan Assange sebagai bentuk solidaritas di tengah sejumlah kesulitan dan rasa frustasi yang dihadapi para diplomat di kedutaan tersebut.
"Staff kedubes kami telah melalui banyak hal. Ada biaya manusia yang keluar [untuk menjaga Assange]. Kedutaan kami di Inggris mungkin menjadi kedubes yang paling dipantau di seluruh planet ini,"
Assange selama ini menjadi incaran Washington lantaran merilis ribuan dokumen militer dan diplomatik AS yang didapat WikiLeaks dari Manning.
Salah satunya kasus pembocoran 500 dokumen rahasia militer AS oleh WikiLeaks terkait perang di Afghanistan dan Irak beberapa waktu lalu.
(aal)