Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS bersumpah untuk menancapkan bendera dan kekuasaan kelompoknya di China, mengatakan darah akan mengalir di sungai-sungai negara itu.
Sebuah video berdurasi 30 menit yang dirilis kelompok intel berbasis di Amerika Serikat, SITE, menunjukkan pasukan ISIS tengah melatih sejumlah warga Uighur, etnis minoritas Muslim di China.
"Hai saudara-saudaraku. Saat ini kita berjuang menghadapi kafir di seluruh dunia. Tetaplah kuat. Kami akan menancapkan bendera ISIS di atas tanah Amerika, China, Rusia, dan seluruh kaum kafir di dunia," ungkap salah satu anggota ISIS dalam video, berdasarkan penjelasan seorang warga Uighur yang menganalisis video itu untuk
Reuters, Jumat (3/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanah syariah kami telah dibangun dengan tumpah darah," kata seorang pria lainnya dengan bahasa Uighur dalam video.
Rekaman tersebut juga berisi sejumlah cuplikan gambar dari dalam wilayah Xinjiang, salah satu provinsi di bagian barat laut China yang bermayoritaskan penduduk etnis Uighur.
Dalam adegan lain, video itu menunjukkan sejumlah foto orang Uighur yang telah bergabung menjadi martir.
Para martir disebut berasal dari Turkestan, sebutan lain Provinsi Xinjiang yang kerap dipakai oleh suku Uighur.
Salah seorang lainnya juga terekam berbicara dengan akses Yarkand, salah satu chiri khas aksen warga dari kota tua Kashgar, selatan Xinjiang.
Selain itu pasukan ISIS menyatakan mengincar "antek-antek China komunis yang kafir."
Juru bicara Kementrian Luar Negeri China, Geng Shuang, mengaku belum mengetahui perihal beredarnya video ini. Walau demikian, dia menyatakan akan menanggapi masalah ini dengan serius.
"Tapi satu poin jelas adalah kami menentang segala bentuk terorisme. China secara proaktif terus berpartisipasi dalam kerja sama internasional untuk memberantas terorisme," kata Geng.
"Kami sejak lama menganggap bahwa pasukan Turkestan Timur adalah ancaman serius bagi keamanan nasional. Kami siap bekerja sama dengan masyarakat internasional menghadapi gerakan separatis dan terorisme di wilayah Turkestan timur," tuturnya menambahkan.
Selama ini, China memang khawatir soal suku Uighur di Xinjiang yang melarikan diri secara ilegal ke Suriah dan Irak, melalui Asia tenggara dan Turki, untuk bergabung dengan ISIS.
Sikap Beijing pada masyarakat di provinsi itu juga terbilang represif. Sejumlah aturan pemerintah membatasi hak etnis Uighur untuk melakukan aktivitas keagamaan secara publik.
Ratusan warga di Xinjiang juga dilaporkan tewas dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar tewas akibat bentrokan antara etnis Uighur dan suku mayoritas Han China.
Selama ini, pemerintah menuding militan Uighur berada di balik kerusuhan tersebut. Beijing mengaku tengah menghadapi kemunculan kelompk separatis di Xinjiang yang ingin mendirikan sebuah negara merdeka, Turkestan Timur.
Namun, banyak kelompok pemerhati HAM meragukan keberadaan kelompok militan ini dan justru menyalahkan kebijakan keras China lah yang menyebabkan etnis Uighur marah.
Meskipun begitu, selama ini China berkeras menyangkal setiap penindasan yang terjadi di Xinjiang.
(aal)