Inggris Ikut AS Larang Alat Elektronik Masuk Kabin Pesawat

CNN Indonesia
Rabu, 22 Mar 2017 11:05 WIB
Beberapa jam setelah Amerika melarang penumpang membawa barang elektronik besar masuk kabin pesawat, pemerintah Inggris pun mengambil kebijakan yang sama.
Pemerintah Inggris ikut melarang barang elektronik besar milik penumpang dari negara-negara Timur Tengah untuk masuk kabin pesawat. (Wikipedia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Inggris melarang penumpang dari Turki, Timur Tengah dan Afrika Utara membawa komputer jinjing atau laptop dan tablet masuk kabin pesawat. Langkah ini dilakukan menyusul kebijakan serupa oleh Amerika Serikat.

Penumpang yang terbang langsung ke Inggris dari Mesir, Yordania, Libanon, Arab Saudi, Tunisia dan Turki dipaksa menyimpan barang-barang elektronik yang lebih besar dari telepon genggam di bagasi kargo, kata seorang juru bicara pemerintahan.

"Langkah pengamanan tambahan ini mungkin bisa mengganggu penumpang dan penerbangan, dan kami memahami hal ini bisa mengakibatkan frustrasi. Tapi prioritas utama kami adalah menjaga keamanan warga Inggris," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip AFP, Selasa (21/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan ini diambil hanya beberapa jam setelah AS memperingatkan bahwa kelompok teror berniat untuk mengincar pesawat menggunakan bom yang disembunyikan di dalam laptop. Pemerintah Donald Trump juga melarang penumpang dari 10 bandara di delapan negara untuk membawa barang-barang elektronik seperti itu di dalam kabin.

Sementara itu, pemerintah Inggris hanya melarang enam negara yang dua di antaranya--Libanon dan Tunisia--tidak termasuk dalam larangan AS. Kuwait, Maroko, Qatar dan Uni Emirat Arab termasuk dalam daftar Amerika, tapi tidak pada kebijakan Inggris.

"Kami telah berkoordinasi dengan Amerika untuk memahami posisi mereka sepenuhnya," kata juru bicara tersebut.

Perdana Menteri Theresa May beberapa pekan ke belakang memimpin sejumlah pertemuan soal keamanan penerbangan, termasuk yang dilaksanakan pada Selasa pagi, di mana kebijakan itu disepakati.

"Keputusan untuk mengubah rezim keamanan penerbangan kami tidak pernah diambil tanpa pertimbangan matang," ujarnya.

"Kami tidak akan ragu untuk bertindak untuk menjaga keamanan publik dan kami akan bekerja sama erat dengan rekanan internasional kami untuk meminimalisir gangguan yang mungkin diakibatkan oleh langkah terbaru ini."

Perubahan tersebut berdampak pada enam maskapai Inggris, termasuk British Airways dan EasyJet, serta enam maskapai asing termasuk Turkish Airlines.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER