Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur FBI James Comey kembali melontarkan pernyataan yang berdampak besar bagi iklim politik Washington dalam kesaksiannya di hadapan Kongres terkait campur tangan pemerintah Rusia dalam pemilihan umum Amerika Serikat.
Lima bulan lalu,
Partai Demokrat dibuat marah oleh penyelidikan yang dilakukan Comey terhadap server surat elektronik Hillary Clinton. Kini, giliran Partai Republik yang kesal karena bos detektif itu mengakui anak buahnya menyelidiki kolusi antara tim sukses Donald Trump dan Moskow.
Dengan mengonfirmasi penyelidikan itu secara publik, Comey berisiko menggerus kekuatan politik Gedung Putih dan Presiden Trump di saat-saat yang krusial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mungkin saja orang-orang di lingkaran Trump tidak akan berhadapan dengan masalah hukum terkait polemik ini. Bahkan, mungkin operasi kontra-intelijen FBI pun bisa jadi menyimpulkan tidak ada kolusi yang dilakukan oleh sang Presiden dengan pemerintah Rusia.
Namun, berdasarkan analisis
CNN, kecurigaan publik akan membayangi para anak buah Trump seperti mantan ketua tim sukses, Paul Manafort--yang telah membantah berbuat kesalahan--dan staf ahli kebijakan luar negeri Carter Page. Lebih jauh, integritas Trump sendiri malah bisa turut dipertanyakan.
Tak berhenti sampai di situ, kredibilitas sang Presiden kembali dihantam ketika Comey mengatakan dirinya juga "tidak punya informasi" soal klaim Trump yang mengaku disadap oleh pendahulunya, Barack Obama.
Kepala Badan Keamanan Nasional Mike Rogers, yang duduk di samping Comey, pun membantah klaim Trump yang menyebut Obama memerintahkan intelijen Inggris untuk menyadap tim suksesnya dalam pemilu.
Dua bulan pertamanya, pemerintah Trump sudah banyak digoncang permasalahan. Namun, kejadian ini, di mana dua kepala intelijen menentang presidennya sendiri, menjadi sebuah 'pencapaian' tersendiri.
Tiga hantaman keras untuk pemerintahan Trump ini membuat Gedung Putih kelabakan. Polling terkini menunjukkan kepercayaan publik berada pada titik terendahnya.
"Setelah kesaksian [Comey], jelas tidak akan ada yang berubah," kata juru bicara Gedung Putih Sean Spicer. "Pejabat intelijen senior di masa pemerintahan Obama telah mengonfirmasi tidak ada kolusi antara Trump dan Rusia."
Namun, masalah baru bagi Gedung Putih ini bukan satu-satunya dampak dari kesaksian Comey.
Jelas bahwa Trump dan Gedung Putih akan bergeming dihadapkan pada bantahan intelijen soal klaim penyadapan ini. Tapi kini permasalahan baru muncul terkait polemik Amerika-Rusia di era kepemimpinan si pengusaha ini.
Gedung Putih dan perwakilan Partai Republik di Komite Intelijen memicu pertanyaan apakah kebocoran informasi yang mengekspos nama mantan penasihat keamanan Michael Flynn menyusul percakapannya dengan Duta Besar Rusia melanggar hukum.
Mereka juga mengimplikasikan bahwa praktik cepat pemerintahan Obama mungkin ada di balik semua permasalahan ini, mendukung teori konspirasi yang berputar di sekitar Trump dan para pendukungnya di media konservatif.
"Direktur Comey mengatakan kepada Komite Intelijen Dewan bahwa sejumlah politikus di pemerintahan Obama mempunyai akses ke sejumlah nama warga Amerika Serikat yang terekspos, seperti pejabat senior Gedung Putih, pejabat senior Kementerian Kehakiman, dan pejabat senior intelijen," kata Spicer.
"Sebelum Presiden Obama meninggalkan Gedung Putih, Michael Flynn diekspos dan, secara ilegal, identitasnya dibocorkan ke media, meski Direktur NSA menyebut pengungkapan identitas individu membahayakan 'keamanan nasional'," ujarnya menambahkan.
[Gambas:Video CNN]
Comey membenarkan sejumlah pejabat Obama mungkin mempunyai akses ke informasi intelijen yang dimaksud, tapi menolak untuk menyimpulkan apa-apa.
Spicer juga mengatakan bahwa Trump tidak akan meminta maaf kepada Obama atas klaimnya yang kini sudah ditampik. Menurutnya, ada banyak
Respons tersebut sesuai dengan kebiasaan Gedung Putih, selalu enggan meminta maaf meski fakta yang ada bertentangan dengan pernyataannya. Taktik itu bekerja baik untuk Trump selama kampanye.
Serangan balik Gedung Putih juga secara tersirah mempertanyakan legitimasi penyelidikan terhadap tim sukses Trump.
Sebelum Comey bersaksi, Trump menyebut klaim yang menuding tim suksesnya berkolusi dengan Rusia sebagai "berita palsu" dan sebatas trik Partai Demokrat menghadapi hasil pemilu yang buruk.
Partai Republik sempat berharap Comey mengatakan tidak ada bukti koordinasi antara Rusia dan anak buah Trump.
Namun, dia tidak mengatakan hal tersebut dan lebih memilih bungkam, dengan alasan melindungi penyelidikan yang masih berjalan. Walau demikian, dia memperingatkan semua pihak agar tidak menyimpulkan apa-apa berdasarkan sikap diamnya.
Fakta itu sendiri sudah cukup untuk memberi Partai Demokrat amunisi untuk peperangan berbulan-bulan ke depan, memanfaatkan rumor soal Rusia untuk melemahkahn kepemimpinan Trump.
"Saya sepakat dengan anggota dewan Nunes bahwa peristiwa ini telah membuat ketidakjelasan di Gedung Putih," kata Brian Fallon, mantan juru bicara tim sukses Clinton kepada CNN, Senin (21/3).
"Hal ini mungkin akan melumpuhkan kemampuan mereka untuk mengajukan agenda legislatif," kata dia, menyebut konfirmasi Comey sebagai skenario terburuk untuk pemerintahan saat ini.
Mencerminkan frustrasi Partai Demokrat terhadap Comey, Fallon juga mempertanyakan mengapa dia berbicara secara publik soal penyelidikan FBI terhadap server surel Clinton di hari-hari terakhir pemilu tapi tidak memberi tahu soal penyelidikan dugaan kolusi Trump-Rusia yang dibuka sejak Juli.
Pertanyaan seperti itu membuat suara di sidang Kongres semakin terpecah. Seolah-olah, Partai Republik dan Demokrat seperti menghadiri dua acara yang berbeda.
Legislator Republik menunjukkan satu suara dalam mempertanyakan pengungkapan identitas Flynn ke publik, menyiratkan bahwa Trump tidak perlu khawatir kekurangan dukungan dari Kongres. Sementara banyak politisi Demokrat terlihat sangat ingin mengangkat dugaan hubungan Trump-Rusia, meski tak mempunyai banyak bukti.
"Saya sedikit khawatir dengan kedua partai," kata Mike Rogers, mantan ketua Komite Intelijen yang kini menjadi analis CNN dan tidak terkait dengan kepala NSA.
"Di sini, kita mempunyai kesempatan untuk berkumpul dan melihat apa yang sebenarnya dilakukan oleh Rusia. Hal itu sepenuhnya hilang, hari ini."