Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 176 warga Korea Utara yang bekerja di sejumlah situs konstruksi di Serawak, Malaysia, dilaporkan hilang tanpa jejak selama satu bulan terakhir ini. Hilangnya para buruh migran ini terjadi di tengah kisruh Kuala Lumpur dan Pyongyang terkait penyelidikan kasus pembunuhan Kim Jong-nam.
Laporan media lokal menyebut, ratusan buruh migran itu dikabarkan meninggalkan tempat kerja secara terburu-buru tanpa membawa pakaian serta barang-barang pribadi mereka. Dari 176 warga Korut itu, hanya 36 orang yang dikabarkan memiliki izin kerja yang sah.
Kegiatan pembangunan di sejumlah konstruksi juga dikabarkan sempat terhenti beberapa waktu, namun kembali berjalan sejak Kamis (30/3) kemarin dengan hanya buruh lokal yang terlihat.
Diberitakan
The Malay Mail Online, saat tim
The Borneo Post mengunjungi salah satu situs konstruksi di Tabuan Dayak sekitar pertengahan Maret lalu, mereka juga tak menemukan satu pun warga Korut. Padahal, sejumlah warga negara terisolasi itu dikabarkan telah lama bekerja di lokasi konstruksi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Korut memang dikenal kerap bekerja pada sejumlah situs konstruksi dan pertambangan batu bara di Sarawak, di bawah peraturan khusus yang disepakati kedua negara.
Menurut pandangan Alec, salah satu pekerja lokal di sana, para pekerja asal Korut yang berusia antara 20-40 tahun itu pergi tanpa memberitahu siapapun. Meski begitu, dia menganggap, mereka adalah pekerja keras yang rajin.
"Mereka sangat kooperatif dan menunjukkan semangat tim yang tinggi. Meski kita tidak sedang mengerjakan pekerjaan yang berat, mereka tetap membantu. Pekerjaan mereka terkadang lambat, tapi mereka bekerja dengan sangat sistematis," tuturnya.
"Ketika jam kerja kami habis, para pekerja asal Korut terlihat masih bekerja. Mereka seperti semut, bekerja dengan tekun dan tenang dan selalu menyelesaikan tugas mereka tepat waktu," tuturnya menambahkan.
Seorang pekerja lokal lain bernama Bob mengatakan, para buruh Korut sering mengerjakan sesuatu sendiri dan jarang meminta pekerja lain, kecuali benar-benar diperlukan.
"Kami menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan mereka. Mereka sangat rahasia dan tertutup, tidak pernah ikut campur dengan urusan sekitar mereka bahkan tidak mau mencari tahu tentang kehidupan kami di sini," kata Bob.
Sementara itu, Direktur Keimigrasian Sarawak Ken Leben meyakini bahwa ratusan warga Korut itu masih berada di Malaysia. Sebab, sejauh ini, Ken mengakaku pihaknya tak menerima laporan atau pun catatan kepergian mereka dari Negeri Jiran.
Selain itu, Ken menuturkan, Malaysia juga tengah memberlakukan larangan imigrasi bagi warga Korut di negaranya untuk berpergian ke luar negeri sejak 7 Maret lalu sebagai bagian dari penyelidikan kasus Jong-nam.