Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari 600 orang dilaporkan tewas di pusat penahanan imigrasi dan penjara di Malaysia selama dua tahun belakangan.
Fakta ini terungkap dalam laporan tahunan panel hak asasi manusia nasional Malaysia (Suhakam) pada 2016 lalu.
Dalam laporan itu disebutkan, lebih dari 100 orang tewas di pusat penahanan imigrasi, sementara 521 nyawa melayang di penjara Malaysia sepanjang 2015-2016. Tak hanya itu, ada 12 orang tewas dalam tahanan polisi pada 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merujuk pada dokumen dari Suhakam tersebut,
Reuters juga melaporkan ada 118 warga asing, termasuk pekerja ilegal, pengungsi, dan pencari suaka, tewas di pusat-pusat penahanan selama dua tahun belakangan.
Suhakam pun mendesak pemerintah untuk segera mereformasi aturan jaminan kesehatan, juga meningkatkan kondisi di pusat-pusat penahanan di Malaysia.
"Perhatian terhadap HAM bagi para tahanan sangat kecil. Sikap ini terlihat dari prioritas bujet pemerintah dan sumber daya yang disediakan untuk menjalankan pusat-pusat penahanan," ujar ketua Suhakam, Razali Ismail.
Razali mengatakan, orang yang mendekam di tahanan imigrasi biasanya menghabiskan waktu sangat panjang di satu tempat di mana mereka tidak dapat bergerak bebas atau tidur nyaman karena sesaknya sel, hingga terkadang mencapai kondisi sangat tidak berprikemanusiaan.
Komite Integritas Badan Aparat melaporkan, 13 pusat penahanan Malaysia menampung 86.795 orang pada 2016 lalu.
Sejumlah mantan tahanan di Malaysia mengatakan kepada
Reuters pada Selasa (4/4), betapa menderitanya kehidupan mereka di kamp-kamp penampungan yang penuh sesak dan tidak bersih.
Beberapa dari mereka mengaku tak diberi makan dengan cukup. Mereka juga diberi air dan layanan kesehatan yang tidak layak hingga menderita infeksi kulit dan paru-paru parah.
Akibatnya, banyak tahanan tewas akibat infeksi paru-paru, gangguan jantung, dan leptospirosis akibat bakteri.
Tak hanya itu, beberapa orang juga mengaku disiksa. Ada pula yang pernah menyaksikan temannya sesama tahanan dipukuli.
Kelompok perlindungan pengungsi dan buruh migran Asia Tenggara, Fortify Rights, pun mendesak pemerintah Malaysia untuk segera menyeldiki penyebab semua kematian ini.
"Otoritas Malaysua dapat mulai mengatasi keadaan ini dengan menghentikan penahanan sewenang-wenang dan tanpa batas bagi para migran, termasuk pengungsi dan korban penyelundupan," ucap Direktur Eksekutif Fortify Rights, Amy Smith.