Turki Terancam 'Terbelah' Akibat Referendum

CNN Indonesia
Kamis, 13 Apr 2017 13:50 WIB
Referendum konstitusi yang akan digelar Minggu, 16 April mendatang akan menentukan masa depan Turki dan pendapat rakyat masih terbelah.
Warga Turki akan menentukam masa depan negara dalam referendum konstitusi yang digelar Minggu, 16 April mendatang. (Reuters/Osman Orsal)
Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Turki bersiap melakukan referendum konstitusi yang akan menentukan nasib negara pada Minggu, 16 April mendatang. Referendum tersebut akan mensyaratkan masa depan Turki di bawah pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Rakyat akan memilih untuk memberikan kekuasaan eksekutif yang lebih besar pada Erdogan, dan membawa negara menuju bentuk otoriter, dimana kekuasaan politik terkonsentrasi pada satu pemimpin.

Tiga hari jelang referendum, pendapat masyarakat masih terbelah. Ada yang setuju menyerahkan kekuasaan eksekutif mutlak pada Erdogan, banyak juga yang menggelengkan kepala.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mengutip AFP, pengamat politik Turki memprediksi persaingan ketat dari kubu yang terpolarisasi.

Mereka yang mengacungkan jempol berharap Erdogan akan memperkuat Turki dan membawa negara tersebut keluar dari konflik dengan pemberontak.

“Kami ingin Turki terus tumbuh dan kami ingin Erdogan tetap menjadi pemimpin. Tanpa Erdogan, Turki bukanlah Turki dan kami ingin menunjukkan dukungan kami untuknya,” ujar Nahil Unal, salah satu pendukung Erdogan, saat kampanye jelang referendum, akhir pekan lalu.

Pendukung Erdogan lainnya, Ihsan Eksi, berharap Erdogan bisa membuat Turki terlepas dari pengaruh negara lain.

“Ini untuk masa depan anak-anak kami, agar Turki bisa merdeka dari pengaruh asing. Saat ini Turki masih berada di bawah bayang-bayang negara lain, kami diserang berbagai negara, termasuk negara tetangga,” sebut Eksi.

Sementara, Metin Kaya menyebut Erdogan pantas menerima kekuasaan mutlak karena dia merupakan keturunan bangsawan Ottoman.

“Dia punya keberanian yang besar, dia akan mempertahankan Turki seperti para pendahulunya, bangsawan Ottoman. Erdogan adalah cucu [Sultan] Fatih, penakluk yang merebut Istanbul dari Byzantium,” paparnya.


Di sisi lain, banyak juga yang tidak menginginkan Erdogan memiliki kekuasaan mutlak.

“Tidak boleh hanya ada satu orang yang berkuasa. Ini sistem demokrasi,” kata Saim Akbulut.

Adapun, Burcu Zeybek dari kelompok oposisi menyebut referendum konstitusi tidak akan mengubah masa depan Turki.

“Para aktivis perempuan menyatakan tidak setuju, karena referendum konstitusi tidak memuat apapun soal perempuan dan anak-anak dan kami menolak rezim di bawah satu orang,” tegasnya.


Ada juga yang menyebut bahwa Erdogan telah melanggar banyak peraturan kenegaraan sebelumnya dan referendum hanya akan memperuncing polarisasi di Turki.

“Ini hanya omong kosong untuk lebih memecah belah negara,” sebut Sukru Yalcin, yang memimpin aksi protes di depan alun-alun Eminonu di Istanbul. “Kami menolak negara berpenduduk 80 juta disetir oleh pemikiran satu orang.”

Mayoritas warga Kurdi juga menolak perluasaan kekuasaan Erdogan dan menyebut hal itu tidak akan membantu mereka.

“Kami tidak punya alasan untuk setuju. Pemerintah di bawah Erdogan selama ini mengabaikan kami dan itu akan tetap sama,” tutur Halil Uysal, warga Diyarbakir yang baru saja diserang teror bom, awal pekan ini.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER