Jakarta, CNN Indonesia -- Pasukan penjaga perbatasan Bangladesh (BGB) menembak kapal yang mengangkut pengungsi kaum minoritas Muslim Rohingya yang lari dari Myanmar, menewaskan seorang wanita, sementara empat lainnya terluka.
"BGB menembak dua perahu dan kemudian menemukan salah satunya terdampar di pulau dekat sungai itu. Seorang wanita ditemukan tewas tertembak, sementara empat lainnya luka-luka," ucap Kepala Kepolisian Teknaf, Mainuddin Khan, dikutip AFP, Kamis (13/4).
Jenazah perempuan beserta empat korban terluka lainnya dibawa ke rumah sakit pemerintah di Teknaf. Berdasarkan laporan kepala rumah sakit, Iskandar Mirza, perempuan tersebut bernama Jahida Khatun, berusia 50 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi juga dilaporkan menemukan 28 ribu pil methamphetamine dalam perahu itu.
Sejak Oktober lalu, sekitar 75 ribu kaum Rohingya dikabarkan telah melarikan diri dari Myanmar menuju Bangladesh.
Gelombang pengungsi Rohingya ini melonjak seiring dengan mencuatnya dugaan kekerasaan yang mengincar suku minoritas itu di Myanmar.
Rangkaian kekerasan terhadap kaum Rohingya ini, dilaporkan dipicu oleh penyerangan pos pengamanan di tiga wilayah perbatasan Myanmar di Rakhine oleh sejumlah kelompok bersenjata pada 9 Oktober lalu.
Pemerintah Myanmar menuding 'teroris Rohingya' berada di balik serangan itu. Namun, mereka tak pernah menjabarkan bukti konkret.
Alih-alih memburu para pelaku penyerangan, militer Myanmar diduga malah menyerang etnis Rohingya secara membabi-buta hingga menewaskan setidaknya 80 orang.
Penyelidik PBB bahkan mengatakan, tak sedikit perempuan yang diperkosa dan bayi yang dibantai oleh aparat, saat operasi militer itu berlangsung.
Akibat rangkaian kekerasan ini, ribuan orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh, di mana sebagian anak muda mereka dipaksa menjadi budak untuk mengedarkan narkoba.
Sebagian besar pengungsi berupaya menuju Cox Bazar, di mana sejumlah kamp pengungsian kaum Rohingya berada.
Rohingya memang kerap menjadi target penganiayaan dan diskriminasi. Mereka bahkan tak diakui sebagai etnis resmi dalam konstitusi Myanmar.
Diberitakan
AFP, meski pemerintahan penasihat negara Aung San Suu Kyi berkeras membantah tudingan pelanggaran HAM, Dewan HAM PBB sepakat mulai menyelidiki dugaan kekerasan hingga pembunuhan oleh aparat militer Myanmar terhadap kaum Rohingya ini.