Antara Komunisme, Mike Pence, dan Partai Republik

CNN Indonesia
Kamis, 20 Apr 2017 12:37 WIB
Amerika Serikat memandang Indonesia sebagai mitra strategis penting, sejak 1969 Indonesia terus mendapat perhatian dari Negeri Paman Sam.
Wakil Presiden AS Mike Pence mengunjungi Indonesia. (Reuters/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Stabilitas politik dan kemajuan ekonomi akan sangat sulit dicapai setelah kemerdekaan bahkan dalam keadaan terbaik sekali pun, tapi Presiden-seumur-hidup Soekarno memupuk utang asing lebih dari $2 miliar dan meninggalkan negaranya dalam inflasi yang parah."

Demikian bunyi memorandum rahasia milik Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat atau CIA, satu tahun setelah Presiden Soekarno tumbang dan digantikan oleh Soeharto, 1968 silam.

Menurut pandangan badan mata-mata Paman Sam, Indonesia saat itu perlahan sembuh dari masalah ekonomi parah "yang diakibatkan oleh kekeliruan manajemen selama lebih dari satu dekade di bawah pemerintahan Soekarno."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampaknya, Indonesia telah lama menjadi perhatian bagi negara pemenang Perang Dunia II itu. Terlebih, AS di masa Perang Dingin sedang gencar-gencarnya memerangi paham komunisme, sementara Soekarno yang memegang pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama Komunisme) dinilai Amerika lebih dekat dengan Blok Timur.

Setahun setelah itu, pada 1969, Richard Nixon menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Dia pun jadi pemimpin pertama dari Partai Republik yang mengunjungi Indonesia.


Republik Indonesia berdiri pada 17 Agustus 1945, atau empat bulan setelah Harry Truman dilantik menjadi Presiden AS ke-33. Setelah itu, Dwight Eisenhower, yang juga diusung oleh Partai Republik, dilantik jadi presiden ke-34.

Soekarno memang sempat berkunjung ke Amerika Serikat untuk menemui Eisenhower dan Nixon yang saat itu menjabat sebagi wakilnya. Namun, baru Nixon yang melawat ke Jakarta sebagai presiden, pada 27 dan 28 Juli 1969, ketika AS menghadapi masa-masa genting di Indochina dan memuncaknya Perang Dingin.

Kunjungannya ke Jakarta hanya berselang tiga hari setelah dia menyampaikan pernyataan kepada pers di Guam, Pasifik, mengenai strategi AS menghadapi merembesnya komunisme ke Asia Tenggara dan pengaruh Uni Soviet di dunia. Pernyataan itu dikenal dengan Doktrin Nixon.

Tercatat, pengganti Nixon yang sama-sama berasal dari Partai Republik pun, Gerald Ford, sempat mengunjungi Indonesia untuk bertemu Soeharto pada 4 dan 5 Desember 1975.

Kunjungan Ford berselang tujuh bulan setelah Vietnam Selatan jatuh ke tangan komunis Vietnam Utara yang menandai akhir Perang Vietnam dan kekalahan Amerika di perang itu.

Di sisi lain, pengganti Ford dari Partai Demokrat, Jimmy Carter, tampaknya tak menganggap Indonesia perlu untuk dikunjungi.


Empat tahun kemudian, politikus Partai Republik kembali menduduki kursi Gedung Putih. Ronald Reagan memerintah AS selama dua periode dan mengunjungi Indonesia pada rentang kepemimpinannya yang kedua.

Namun, dijadwalkan berada di Indonesia pada 29 April - 2 Mei 1986, dia hanya sehari berada di Bali untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN sekaligus berbicara dengan Wakil Presiden Filipina Salvador Laurel--tak hanya bertemu Soeharto.

Kedatangannya itu untuk menyampaikan komitmen AS menempatkan ASEAN sebagai mitra pentingnya.

Di bawah pemerintahan Reagan, AS melanjutkan pasokan senjata untuk militer Indonesia yang sedang disibukkan dengan operasi invasi ke Timor Leste (saat itu Timor Timur), Pada 1986, dia menyetujui penjualan senjata sebesar US$300.

Terorisme dan Komunisme

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER