Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence, memastikan bahwa negaranya akan tetap memenuhi perjanjian penerimaan 1.250 pengungsi dari Australia.
"Kami akan memenuhi perjanjian ini untuk menghormati sekutu penting kami [Australia]," ujar Pence dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, setelah melakukan pertemuan bilateral, Sabtu (22/4).
Pernyataan ini sekaligus menegaskan komitmen AS yang sebelumnya sempat diragukan karena Presiden Donald Trump pernah menyebut perjanjian ini "bodoh."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak masa kampanye, Trump memang selalu menekankan pentingnya perlindungan negara dari ancaman teroris, termasuk yang kemungkinan menyelinap di tengah pengungsi.
Kini, Pence pun mengatakan bahwa meskipun ia hadir untuk menegaskan komitmen negaranya, bukan berarti AS menganggap perjanjian ini bagus.
Di bawah perjanjian ini, AS bersedia menampung 1.250 pengungsi dan pencari suaka Australia yang kini masih ditampung di kamp-kamp di Nauru dan Papua Nugini.
Sebagai timbal balik, Australia akan menerima pengungsi dari El Salvador, Guatemala, dan Honduras.
Perjanjian ini sangat penting bagi Australia yang sudah kelimpungan mencari negara ketiga untuk para pengungsi dan pencari suaka tersebut.
Selama ini, Australia menerapkan kebijakan "
zero entry" atau sama sekali tidak menerima pengungsi dan pencari suaka atas alasan keamanan negara.
Kapal-kapal pengungsi yang tiba di negaranya pun diusir dan dipaksa untuk memutar balik haluannya. Sebagian dari mereka ditampung di kamp-kamp di Nauru dan Papua Nugini dengan fasilitas memprihatinkan.
Sementara itu, pengungsi lainnya terpaksa kembali mengarungi lautan, terdampar di sejumlah negara sekitar, termasuk Indonesia.