Diincar Peretas, Kampanye Macron Terancam seperti Clinton

CNN Indonesia
Rabu, 26 Apr 2017 14:40 WIB
Baru memenangi putaran pertama pemilu Perancis, Emmanuel Macron disebut sudah diincar oleh peretas yang mirip dengan pelaku serangan terhadap Hillary Clinton.
Kampanye kandidat presiden Perancis Emmanuel Macron disebut diincar oleh peretas. (REUTERS/Benoit Tessier)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kampanye kandidat presiden Perancis Emmanuel Macron beberapa pekan ini disebut diincar oleh peretas yang menggunakan metode mirip dengan aksi terhadap Komite Nasional Partai Demokrat (DNC) di Amerika Serikat.

Perusahaan keamanan berbasis di Tokyo, Trend Micro, menyatakan telah menemukan empat domain name palsu yang sangat mirip dengan kampanye Macron--diduga untuk mengelabui staf kampanye untuk membocorkan akun surat elektronik mereka.

Misalnya, domain palsu bernama mail-en-march.fr dibuat pada 12 April lalu. Partai Macron bernama En Marche!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perusahaan tidak bisa menyebutkan apakah ada staf kampanye yang sudah terperangkap oleh trik tersebut, atau apakah sudah ada materi kampanye yang dibocorkan.


Intelijen AS sebelumnya melaporkan Rusia meretas DNC dalam rangka mendorong Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton dalam pemilihan umum 2016 lalu.

Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi peretasan untuk membalas dendam karena dipermalukan AS dengan dicantumkan dalam Panama Papers. Putin juga disebut menuding Clinton memicu aksi protes menentang rezimnya pada 2011-2012.

Menurut laporan tersebut, intelijen militer Rusia menggunakan perantara seperti WikiLeaks, DCLeaks.com dan "persona" Guccifer 2.0 untuk merilis surat elektronik yang didapatkan dari Komite Nasional Partai Demokrat dan sejumlah pejabat Demokrat lainnya.

Surat-surat elektronik itu kemudian dipakai untuk membuat laporan media yang mempermalukan Clinton hingga memicu mundurnya ketua DNC.


Rival Macron, Marine Le Pen, sebelumnya juga sempat bertemu Putin di Rusia sehingga kandidat berhaluan ekstrem kanan itu diduga meminta bantuan Rusia. Kremlin sudah menampik anggapan tersebut.

Manajer kampanye digital Macron, Mounir Mahjoubi, mengonfirmasi memang sempat ada percobaan peretasan. Namun, percobaan itu menurutnya tidak berhasil.

"Ini biasanya adalah taktik serangan siber. Kami sudah membentuk tim keamanan dan setiap anggota staf dilatih untuk melaporkan percobaan-percobaan semacam ini," ujarnya kepada CNN, Selasa (26/4).

"Tidak pernah ada data sensitif yang bocor dari pihak kami."
[Gambas:Video CNN]
Seorang pejabat Perancis secara terpisah mengatakan intelijen setempat memperingatkan tim kampanye untuk mengambil langkah mencegah peretasan.

Kandidat moderat tersebut memenangkan putaran pertama pemilihan umum dengan suara 24,01 persen. Dia akan menghadapi calon anti-imigran, anti-Uni Eropa, Marine Le Pen, dalam putaran kedua, 7 Mei nanti.

Le Pen menempati posisi kedua dalam putaran pertama dengan perolehan 21,3 persen, mengalahkan dua kandidat dari partai terbesar Perancis.

Feike Hacquebord dari Trend Micro mengatakan dirinya tidak bisa memastikan apakah peretas tersebut dari pihak Rusia. Namun, dia mengatakan modus operandinya mirip dengan yang dilakukan oleh para peretas Komite Nasional Demokrat--yang dikaitkan oleh intelijen AS dengan Moskow.


Pelaku peretasan sulit untuk dilacak dan diidentifikasi secara pasti. Namun, pakar keamanan siber mengatakan institusi Perancis pernah diincar oleh peretas yang terkait dengan Rusia.

Contohnya adalah ketika stasiun telebisi TV5 Monde diretas pada 2015. Kata perusahaan FireEye, serangan itu dilakukan oleh peretas yang didukung unit dengan sokongan Rusia, APT28.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER