Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang pergantian kepemimpinan, Hong Kong menahan sembilan aktivis pro-demokrasi yang ikut serta dalam unjuk rasa pada November lalu.
"Sembilan orang ditangkap di rumah mereka dan dibawa ke kantor polisi," ujar Raphael Wong, pemimpin partai oposisi, Liga Sosial Demokrat, kepada
Reuters, Kamis (27/4).
Wong mengatakan, kini kesembilan orang itu menjalani proses hukum dengan tuntutan yang berkaitan dengan demonstrasi pada 6 November lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, para aktivis Hong Kong menolak salah satu interpretasi Beijing terhadap konstitusi Hong Kong. Mereka menganggap, interpretasi itu dapat menjadi celah untuk intervensi.
Para aktivis khawatir, intervensi China akan semakin besar hingga dapat menggerus otonomi Hong Kong.
Namun, demonstrasi tersebut sudah lama berlalu. Sejumlah pihak pun mempertanyakan maksud otoritas menangkap para aktivis sekarang.
Salah satu aktivis yang ditangkap, Derek Lam, mengatakan bahwa Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Leung Chun-ying, ingin menakuti oposisi sebelum ia melepas jabatannya pada Juni nanti.
"Dia jelas mencoba menakuti mereka yang ingin berjuang untuk demokrasi, para pembuat kebijakan dan siswa, melalui penahanan dan taktik legal," katanya.
Hingga saat ini, setidaknya 30 pembuat kebijakan dari kubu oposisi memang ditahan di Hong Kong atas berbagai tuduhan. Akhirnya, jurang pemisah antara oposisi dan pemerintah semakin besar.
Namun, pengganti Chun-ying yang terpilih pada Maret lalu, Carrie Lam, berjanji akan menyatukan kembali Hong Kong.