Jakarta, CNN Indonesia -- Sayap militer Hamas memberi Israel waktu selama 24 jam untuk merespons tuntutan para tahanan yang mogok makan, dan memperingatkan negara tersebut akan mendapatkan konsekuensi serius bila tidak bertindak.
“Kami memperingatkan agar Israel memenuhi tuntutan para tahanan dan kami memberi mereka waktu 24 jam untuk merespons,” kata juru bicara Brigade Ezzedine al-Qassam, dikutip
AFP.
“Jika tidak, Israel akan membayar mahal atas setiap hari penundaan yang mereka lakukan”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi mogok makan tahanan Palestina di Israel dimulai pada 17 April lalu. Mereka bertahan hidup hanya dengan air dan garam.
Adapun tuntutan para tahanan bervariasi, mulai dari pelayanan kesehatan yang lebih baik, hingga akses komunikasi telepon.
Otoritas Palestina menyebut terdapat 1500 tahanan yang menolak makan, kendati pada Minggu (30/4) pejabat Israel mengatakan 300 tahanan menyerah dan menyisakan sekitar 980 tahanan yang masih melakukan aksi mogok makan.
Protes itu dipimpin oleh Marwan Barghouti, figur senior yang merupakan rival Fatah, yang dipenjara karena dianggap bertanggung jawab atas kematian lima tentara Israel saat intifada atau pemberontakan ke-dua.
Barghouti menuduh Israel melakukan perilaku ‘tidak manusiawi’ dan ‘SARA’ terhadap para tahanan, yang menjadi alasan dibalik protes mogok makan tersebut.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkritik surat kabar Amerika Serikat,
The New York Times, yang menyebut Barghouti sebagai ‘pemimpin dan anggota parlemen Palestina’, dan tidak menulis tudingan pembunuhan dan sejarah Barghouti sebagai komandan organisasi teroris di Palestina.
Pada 2011, Israel melepaskan lebih dari 1000 tahanan Palestina, untuk ditukar dengan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang diculik lima tahun sebelumnya.
Kini, Hamas mengklaim mereka menahan dua tentara Israel. Sementara Israel meyakini kedua tentara itu sudah tewas, kendati masih menginginkan jenazah keduanya dikembalikan.
Selain itu, Hamas juga diyakini menahan dua orang Israel lainnya, yang memasuki Gaza secara terpisah.
Di sisi lain, pada Selasa (2/5), ribuan warga Palestina berdemonstrasi di beberapa kota di Jalur Gaza. Salah satu pemimpin senior Hamas, Ismail Haniya, menyebut pertukaran tahanan selalu menjadi pilihan, namun itu semua bergantung pada kesediaan Israel untuk berkompromi.
Israel dan Hamas tercacat tiga kali terlibat pertikaian bersenjata sejak 2008. Pertikaian terakhir terjadi pada 2014 lalu.