Oposisi Suriah Tolak Gagasan Rusia soal Zona Aman

CNN Indonesia
Jumat, 05 Mei 2017 17:10 WIB
Oposisi Suriah menolak usul pembentukan zona aman yang diajukan Rusia, menganggap kesepakatan gencatan sebelumnya belum diimplementasikan dengan penuh.
Oposisi menolak proposal pembentukan zona aman di Suriah yang diajukan Rusia, menganggap kesepakatan gencatan sebelumnya belum diimplementasikan sepenuhnya. (Foto: Reuters/Hosam Katan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Oposisi pemerintahan Presiden Bashar al-Assad menolak rencana Rusia membentuk zona aman di Suriah, menilai langkah itu akan mengancam integritas teritorial negara. 

Pihak pemberontak menyatakan tak akan mengakui Iran menjadi salah satu pihak penengah serta penjamin dalam kesepakatan gencatan apa pun di Suriah.

"Kami ingin Suriah menjaga integritasnya," ucap delegasi oposisi, Osama Abu Zaid, Jumat (5/5).
"Kami menentang pembagian wilayah Suriah. Kami bukan pihak yang termasuk dalam kesepakatan tersebut. Tentunya, kami juga tak akan pernah mendukung selama Iran menjadi salah satu penjamin dalam kesepakatan itu," tuturnya menambahkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pertemuan itu, Zaid juga menyatakan, selama ini Rusia belum bisa memenuhi janji-janjinya dalam upaya perdamaian.

"Kita sudah memiliki kesepakatan di tangan kita, kenapa tak diimplementasikan?" kata Zaid mengacu pada kesepakatan gencatan senjata yang sudah berlangsung sejak Desember lalu.

"Kenapa sekarang kita malah melompat untuk membentuk zona aman? Rusia tidak dapat atau tidak ingin mengimplementasikan janji-janji yang mereka buat. Dan hal ini adalah masalah yang fundamental," tuturnya menambahkan.
Pernyataan Zaid itu dilontarkan dalam pembicaraan damai di Astana, Kazakhstan, tak lama setelah Rusia, Turki, dan Iran menandatangani memorandum zona aman tersebut.

Negosiator Rusia Alexander Lavrentyev menuturkan, di bawah rencana Moskow ini, Negeri Beruang Merah dapat mengirim pengawas ke zona aman.

Dia mengatakan, pemantau pihak ketiga dapat diundang dalam perundingan rencana ini asalkan Iran dan Turki menyetujuinya.

Ankara yang selama ini mendukung pemberontak, dan Teheran yang berpihak pada Assad menyetujui usulan Moskow membentuk "zona de-eskalasi" di Suriah. Di sisi lain,  langkah itu disambut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) namun diragukan Amerika Serikat.
Kementerian Luar Negeri AS dalam pernyataannya menyatakan skeptis terhadap pembentukan zona aman tersebut dengan melihat keterlibatan Iran serta rekam jejak Damaskus dalam perundingan-perundingan sebelumnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bersama Arab Saudi mendukung rencana zona aman ini, dengan memperingatkan seluruh pihak perlu mengutamakan "peningkatan kesejahteraan warga sipil Suriah, seperti dikutip Reuters.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER