Pemilu 2017, Momen Pengubah Sejarah Perancis

CNN Indonesia
Minggu, 07 Mei 2017 11:37 WIB
Pemilihan Umum Presiden Perancis 2017 akan menjadi momen bersejarah. Pasalnya, baik Macron atau Le Pen, jika terpilih, akan membawa Perancis ke arah baru.
Foto: REUTERS/Benoit Tessier
Jika Macron yang terpilih, maka Perancis akan mengarah pada reformasi Uni Eropa serta integrasi Eropa yang lebih dalam, berupa anggaran dan menteri keuangan zona euro.

Namun, andaikan Le Pen yang maju sebagai Presiden, maka Perancis akan melakukan referendum untuk hengkang dari Uni Eropa.

“Saya memberi waktu enam bulan pada diri sendiri untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa guna mengembalikan kedaulatan Perancis. Biarkan orang Perancis yang memutuskan,” cuit Le Pen di Twitter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengacu pada polling yang digelar Maret lalu, tujuh dari sepuluh warga Perancis menolak meninggalkan Uni Eropa. Itu berarti dukungan bagi Macron.

Di sisi lain, warga yang tidak puas terhadap pemerintahan Hollande mengganggap gagasan Le Pen soal ‘France First’ menarik. Kandidat dari Partai Front Nasional itu mengusung konsep ‘ekonomi nasional’ di mana warga Perancis akan menjadi fokus utama dalam hal perumahan, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.
Bagi Perancis yang memiliki angka pengangguran tinggi selama beberapa tahun terakhir atau di atas 10 persen, janji Le Pen terdengar manis. Pasalnya, kini satu diantara empat penduduk Perancis berstatus pengangguran.

Selain itu, ekonomi Perancis juga berjalan bagai siput sejak krisis ekonomi 2008, yang menjadi fokus perhatian kedua kandidat.

Le Pen ingin memangkas usia pensiun menjadi 60 tahun dan mengubah sektor swasta menjadi badan usaha milik negara, karena terlalu banyak dikuasai asing.
Marine Le Pen mengusung gagasan 'France First' dan berniat membawa Perancis melepaskan diri dari Uni Eropa.Marine Le Pen mengusung gagasan 'France First' dan berniat membawa Perancis melepaskan diri dari Uni Eropa. (REUTERS/Patrick Kovarik)Marine Le Pen mengusung gagasan 'France First' dan berniat membawa Perancis melepaskan diri dari Uni Eropa. (REUTERS/Patrick Kovarik)
Sementara Macron ingin mengurangi 120 ribu pekerjaan di sektor publik, menyunat pengeluaran publik sebesar 60 miliar euro, membajak miliaran dolar menjadi investasi dan mengurangi tingkat pengangguran hingga di bawah tujuh persen.

Di samping ekonomi, masalah keamanan dan perbatasan pun jadi arena pertarungan kedua kandidat. Mantan Ketua Partai Front National (FN) itu ingin menangguhkan persetujuan terbuka Uni Eropa mengenai perbatasan Perancis dan mengusir orang asing yang berada dalam daftar pengawasan dinas intelijen.

Dia juga menginginkan pengusiran imigran ilegal secara otomatis dan moratorium seluruh imigran resmi sebelum memotong jumlahnya menjadi 10 ribu orang per tahun.
Di sisi lain, isu kontroversi anti-Yahudi yang lekat dengan partai pengusung Le Pen juga bisa mengurangi jumlah pemilih di pemilu nanti. Alasannya, di pemilu sebelumnya, pemilih dari sayap kiri dan sayap kanan akan kompak membentuk ‘garda nasional’ guna menjatuhkan kandidat FN agar terjungkal di pemilu putaran pertama.

Namun, formula itu terbukti tidak berhasil pada pemilu kali ini.

Beberapa pengamat politik, dilansir the Guardian, menyebut pemilih kini tidak puas pada kinerja pemerintah. Mereka menganggap janji politisi sebagai omong kosong dan tidak efektif. Pemilih juga menyebut politisi lebih suka menyelamatkan posisi mereka sendiri ketimbang bekerja aktif melawan ekstremisme.

Survei terbaru menunjukkan bahwa 89 persen pemilih Perancis percaya suara mereka tidak didengar oleh para politisi. Rakyat yang marah dan tidak puas, akan memilih abstain dan membuat Pemilu Perancis 2017 semakin tidak bisa ditebak.

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER