Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah aktivis turun ke jalanan Kota Paris memprotes program kontroversial kandidat presiden Perancis berhaluan ekstrem kanan, Marine Le Pen, yang dianggap diskriminatif, memecah-belah, anti-imigran dan rasis terhadap Muslim.
Beberapa anggota kelompok pemerhati lingkungan Greenpeace menggantung sebuah spanduk raksasa bertuliskan "Kebebasan, Kesetaraan, dan Persaudaraan" dan "Menolak" di menara Eiffel pada Jumat (5/5), dua hari menjelang putaran kedua pemilu.
Kepala Greenpeace Perancis Jean-Francois Julliard mengatakan protes tersebut dimaksudkan sebagai "peringatan bagi program Le Pen dan bahaya yang ditimbulkan rencananya itu bagi LSM dan warga lainnya."
Spanduk besar berwarna kuning dan hitam itu digantung setinggi 324 meter di ikon Kota Paris sekaligus negara Eropa barat itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Julliard mengatakan, organisasinya prihatin dengan kebangkitan nasionalisme di hampir seluruh penjuru dunia, mengatakan Turki dan Hungaria sebagai salah satu contoh di mana negara mulai membatasi hak warga untuk berdemonstrasi.
"Kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan sangat penting untuk mempertahankan nilai-nilai yang saat ini terancam oleh Front Nasional," tutur Julliard merujuk pada partai yang dipimpin Le Pen.
"Membela hak-hak dasar penting untuk melanjutkan perjuangan lingkungan kami," ujarnya menambahkan seperti dikutip
AFP.
Semasa kampanye, perempuan 48 tahun itu dikenal rasis, khususnya terhadap pendatang dan Islam.
Serangkaian aksi teror yang menerpa Perancis menggeser fokus Le Pen ke bidang keamanan, Islam dan imigrasi. Semasa kampanye, Le Pen kerap menyerang isu "imigrasi massal", globalisasi dan "fundamentalisme Islam" yang dinilai mengancam keamanan dan nilai negara.
Secara blak-blakan Le Pen bahkan mengatakan bahwa warga Perancis tidak mau terbiasa "hidup dengan terorisme."
Semasa kampanye, Le Pen juga pernah membandingkan warga Muslim yang beribadah di jalanan dengan okupasi Nazi. Dia mengatakan, "Kami tidak ingin hidup di bawah tirani fundamentalisme."
Dengan pendirian anti-globalisasinya, Le Pen juga berniat menutup perbatasan dan meninggalkan Uni Eropa.
Jika merujuk pada jajak pendapat terbaru, elektabilitas rival Le pen, Emmanuel Macron, semakin jauh mengunggulinya.
Menurut survei Elabe untuk BFM TV dan L'Express, hari ini, Macron diprediksi mendapat 62 persen suara di putaran kedua nanti, meningkat tiga poin dari proyeksi terakhir.
Pemilu Perancis kali ini menjadi yang paling di sorot. Sebab, pemilu putaran kedua pada Minggu (7/5) nanti diwarnai persaingan antara dua capres yang benar-benar berseberangan kepentingan, khususnya mengenai keanggotaan Perancis di Uni Eropa sehingga sangat mempertaruhkan posisi negara tersebut di dunia.