Jakarta, CNN Indonesia -- Survei yang dipublikasikan Jumat (5/5) menunjukkan pemilih Perancis termasuk salah satu yang paling terpolarisasi di Uni Eropa, di mana satu dari lima warga menyebut dirinya "ekstrem" sementara hanya sepertiga yang mengaku "sentris."
Tidak biasanya, tingkat ketidakpuasan yang tinggi akan arah tujuan negara pun tampak dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Bertelsmann Foundation itu, menggarisbawahi tantangan yang akan dihadapi presiden baru dalam waktu dekat ini.
Politikus sentris independen Emmanuel Macron akan berhadapan dengan Marine Le Pen dari partai ekstrem kanan Front Nasional, Minggu (7/5). Ini adalah kali pertamanya, sejak Republik Kelima berdiri 60 tahun lalu, pemilu putaran kedua tidak diikuti baik oleh partai moderat kanan dan moderat kiri yang merupakan dua partai utama Perancis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah survei menunjukkan Macron kemungkinan besar akan menungguli Le Pen dengan perbandingan sekitar 60-40 persen.
Survei Bertelsmann yang dikutip
Reuters, dilaksanakan pada Maret berdasarkan 11.021 responden di seluruh penjuru Uni Eropa, menunjukkan 20 persen pemilih Perancis memandang dirinya sendiri sebagai ekstrem kanan atau ekstrem kiri, sementara negara-negara lain hanya menunjukkan angka 7 persen.
Dari angkat tersebu, 14 persen warga Perancis memandang dirinya berhaluan ekstrem kanan.
Hanya 36 persen dari mereka menyatakan diri sebagai seorang sentris atau moderat, berbanding dengan 62 persen di penjuru UE. Di antaranya, 21 persen menyatakan diri sebagai moderat kiri dan 15 persen moderat kanan.
Survei menunjukkan ketidakpuasan menyebar luas terhadap arah kebijakan negara. Hanya 4 persen dari pemilih ekstrem kanan dan 16 persen dari pemilih ekstrem kiri yang menyatakan puas.
Survei itu menunjukkan dukungan kuat dari para pemilih ekstrem kiri, moderat kiri dan moderat kanan untuk Perancis agar tetap berada di Uni Eropa dan menggunakan euro. Hanya pemilih ekstrem kanan yang menginginkan negaranya meninggalkan blok dan mata uang tersebut.