Jakarta, CNN Indonesia -- Emmanuel Macron, 39, presiden terpilih paling muda Perancis, punya kisah cinta tidak biasa. Bagaimana tidak, istrinya, Brigitte Trogneux, berusia lebih tua 25 tahun. Mereka bertemu saat Macron masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Trogneux adalah guru Macron.
Di banyak negara, hubungan dengan beda usia seperempat abad, bisa jadi dianggap skandal, melanggar norma sosial. Tapi tidak bagi Perancis. Itu kisah romantis.
Bahkan, fokus perhatian publik saat Macron menang di putaran pertama Pemilu Perancis, langsung mengacu pada Trogneux, sang calon ibu negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah cinta keduanya langsung menghiasi sampul majalah dan jadi berita utama di tabloid-tabloid Perancis.
Trogneux, 64, bertemu Macron saat mengajar di sebuah SMA di Kota Amiens. Waktu itu, di usia 16 tahun, Macron dengan berani bersumpah akan menikahi sang guru, yang berusia 41 tahun.
Tentu saja niat itu ditentang orang tua Macron. Apalagi, pada saat itu, Trogneux sudah menikah dan punya tiga orang anak.
Ayah Macron bahkan meminta Trogneux untuk menjauhi putranya. Dia menjawab sembari berurai air mata, “saya tidak bisa menjanjikan apapun.”
Kisah itu tercurah dalam buku yang akan segera diterbitkan tentang kisah cinta Macron-Trogneux oleh Anne Fulda, berjudul "Emmanuel Macron: A perfect young man”, mengutip
Reuters. Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte Trogneux di pemilu putaran pertama, 23 April 2017 lalu.(AFP PHOTO / Patrick KOVARIK) |
Tapi, Macron yang mabuk kepayang tidak mau jauh dari Trogneux. Hubungan keduanya terus berlanjut, yang berarti Trogneux berselingkuh dari suaminya. Padahal, waktu itu Macron pindah ke Paris untuk melanjutkan kuliah dan kemudian bekerja sebagai bankir.
Setelah 13 tahun menjalin hubungan gelap, pada 2007, Trogneux bercerai dari suaminya dan menikahi Macron. Pada waktu itu, Macron baru berusia 29 tahun dan Trogneux, 54 tahun.
Macron mendapat restu dari ketiga anak Trogneux, yang saat itu sudah dewasa, nyaris seusia Macron sendiri.
“Ketika [Macron] memutuskan menikahi ibu saya, dia datang kepada kami semua dan meminta izin,” kata putri Trogneux, Tiphaine Auzière kepada BFMTV, dilansir CNN.
“Itu adalah hal yang berani dan pantas, karena tidak semua orang akan melakukan itu. Dia ingin memastikan bahwa kami setuju dan memberi restu.”
Kendati romantis, tidak semua orang bisa menerima kisah mereka. Ada juga yang mencibir. Itu diungkapkan sahabat Macron, Philippe Besson.
“Mereka berdua kerap mendapat tatapan tidak setuju, bahkan dari pihak keluarga. Mereka melihat perbedaan usia sebagai hal yang tidak lazim. Terlebih jika wanita yang lebih tua, selalu timbul kecurigaan,” kata Besson.
Di sisi lain, tidak banyak yang tahu mengenai cerita awal pertemuan Macron dan Trogneux, ataupun rumor tentang hubungan keduanya, selama 13 tahun berpacaran, sebelum akhirnya menikah.
Itu dipastikan oleh Trogneux. “Tidak akan ada yang tahu soal
affair cinta kami sebelum menikah. Itu milik kami. Rahasia kami,” kata dia.
Di sisi lain, Macron juga tidak jarang membela hubungannya dengan sang istri. Dia menyebut jika jenis kelamin mereka dibalik, masyarakat akan menganggap itu hal yang wajar.
“Tidak akan ada yang menganggap perbedaan usia sebagai masalah jika laki-laki yan lebih tua,” ujar Macron. “Orang-orang sulit menerima sesuatu yang tulus dan unik.”