Jakarta, CNN Indonesia -- Segera setelah terpilih, Presiden Korea Selatan yang baru Moon Jae In langsung menghubungi Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Kamis (11/5). Beberapa jam setelahnya, Moon juga menelepon Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe terkait pendekatan terhadap Korea Utara yang bersenjata nuklir.
Dalam percakapan berdurasi 40 menit dengan Xi, Moon dan pemimpin China itu sepakat bahwa denuklirisasi Pyongyang menjadi 'tujuan bersama' mereka.
"[Kedua presiden] sepakat bahwa denuklirisasi semenanjung Korea adalah 'tujuan bersama' dari kedua negara," ujar juru bicara Moon, Yoon Young Chan kepada para jurnalis, melansir
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketegangan politik antara China dan Korsel memanas setelah China menentang habis-habisan implementasi sistem pertahanan rudal Amerika Serikat, atau Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD), di Seoul.
Kemurkaan China atas kebijakan tersebut telah membawa hubungan keduanya mencapai titik terendah sejak hubungan diplomasi mereka dimulai tahun 1992.
Amerika Serikat dan Korsel sepakat bahwa sistem ini diperlukan untuk melindungi serangan misil dari Korut.
Namun, China menentang sistem ini karena bisa mengganggu pengawasan aktivitas penerbangan dan peluncuran misil di timur laut Negeri Tirai Bambu.
Selain dengan Xi, agensi berita Jepang Jiji melaporkan bahwa Moon juga menelepon Abe. Sebagai negara bekas jajahan Jepang, Korsel terlibat dalam perselisihan diplomatik dengan Negeri Sakura.
Meski demikian, Jepang merupakan sekutu Amerika Serikat yang juga menjadi target Korut.
Moon, yang mulai menjabat sejak Rabu (10/5) kemarin, menginginkan adanya perundingan dengan Korut--yang didukung secara diplomatik oleh China--mengenai ambisi nuklir dan misil negara yang dipimpin Kim Jong Un itu.
Moon juga menyerukan adanya dialog bersama dengan sanksi dan tekanan kepada Korut untuk mendorong Pyongyang melakukan pembicaraan.
Moon sebelumnya menyatakan ambivalensi atas sistem THAAD dan menyampaikan kepada Xi bahwa dia sangat sadar akan kekhawatiran China terkait hal itu. Ia pun menyerukan agar diadakan perundingan bilateral demi meningkatkan pemahaman mengenai masalah ini.
Kedua pemimpin juga sepakat untuk bertukar utusan khusus sesegera mungkin dan Moon mengusulkan untuk mengirim delegasi terpisah ke Beijing yang akan secara eksklusif membahas masalah nuklir THAAD dan Korut.
Segaris dengan permintaan Amerika Serikat, Moon pun menyarankan agar China--sekutu utama dan jalur ekonomi satu-satunya Korut--harus berbuat lebih banyak dalam upaya menjinakkan Pyongyang.
"Menyelesaikan masalah THAAD lebih mudah jika tidak ada lagi provokasi dari Korut," ujar Yoon.
Yoon menambahkan, Xi pun secara resmi mengundang Moon untuk mengunjunginya di Beijing.
Percakapan telepon itu terjadi sehari setelah Moon dan Trump sepakat untuk mempererat kerjasama dalam menangani ambisi nuklir Korut.
Korut telah menggelar dua uji atom dan puluhan peluncuran rudal sejak tahun lalu dalam usahanya untuk memberikan hulu ledak nuklir kepada 'sang musuh imperialis,' Amerika Serikat.
Ketegangan meningkat tinggi dengan Washington meminta lebih banyak sanksi dan memberikan peringatan serangan militer. Namun, Trump baru-baru ini melunak dan bahkan mengatakan bahwa ia akan merasa terhormat bisa mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Kim Jong Un.
Amerika Serikat merupakan penjamin keamanan Korsel. Negeri Paman Sam memiliki 28.500 tentara yang ditempatkan di negara itu. Meski demikian, Seoul terkejut saat Trump meminta mereka untuk membayar sistem THAAD senilai US$1 miliar.