Tak Sepakat Soal Kurdi, Trump-Erdogan Tetap Umbar Keakraban

CNN Indonesia
Rabu, 17 Mei 2017 08:53 WIB
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu di Gedung Putih, Selasa (16/5) dan sepakat memperkuat hubungan kedua negara.
Trump dan Erdogan mengumbar keakraban kendati masih tidak sepakat soal Fethullah Gulen dan Pasukan Kurdi. (AFP PHOTO / SAUL LOEB)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berdiri berdampingan dan menyebut keduanya merupakan teman akrab, usai pertemuan resmi di Gedung Putih, Selasa (16/5) waktu setempat.

Selain menunjukkan persahabatan, Trump dan Erdogan juga berjanji akan memperkuat hubungan bilateral kedua negara, kendati mereka masih saling bertikai soal Kurdi.

Melansir AFP, usai memperkuat posisinya sebagai kepala negara dalam referendum yang bertujuan memperluas kekuasaannya di Turki, Erdogan langsung bertolak ke AS dan mengadakan pertemuan dengan Trump.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pertemuan itu, dia secara tegas meminta AS menghentikan niat mempersenjatai pasukan Kurdi, yang dianggap Ankara sebagai teroris.


Meskipun demikian, kedua kepala negara sepakat bekerjasama, terutama dalam memberangus pasukan ISIS di Suriah dan Irak.

“Sangat tidak bisa diterima jika Partai Kurdi dianggap sebagai mitra Turki dan itu akan melanggar kesepakatan global yang telah disetujui sebelumnya,” ujar Erdogan mengacu pada Partai Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di Suriah.

“Dalam sentimen yang sama, kita juga tidak bisa mengijinkan kelompok yang ingin mengubah struktur etnis ataupun agama dengan menggunakan terorisme sebagai dalih,” lanjutnya, sembari menambahkan bahwa Pasukan Kurdi menggunakan pertempuran melawan ISIS sebagai kedok nasionalisme separatis.

Trump merupakan salah satu kepala negara pertama yang mengucapkan selamat pada Erdogan atas kemenangannya dalam referendum yang digelar 16 April lalu. Erdogan di sisi lain juga membalas kehangatan itu dengan memuji ‘kemenenangan legendaris’ Trump di pemilu AS.

“Kemenangan Trump menjadi kebangkitan harapan baru bagi Turki. Kami yakin pemerintah AS tidak akan membiarkan harapan ini sia-sia,” kata Erdogan.


Sementara Pemimpin Tertinggi AS memuji kontribusi bersejarah Turki dalam Perang Dingin dan berjanji: "Hari ini kita menghadapi musuh baru dalam perang melawan terorisme dan sekali lagi kita berusaha menghadapi ancaman ini bersama-sama."

Banyak Peda Pendapat

Meskipun menunjukkan kehangatan dan keakraban, Washington dan Ankara masih punya banyak perbedaan pendapat, terutama soal Pasukan Kurdi dan Fethullah Gulen.

Erdogan masih memendam kekesalan pada AS terkait suaka yang diberikan Negeri Paman Sam bagi Fethullah Gulen, yang dituding Ankara sebagai otak kudeta berdarah tahun lalu.

Pemimpin Turki itu juga kembali menegaskan bahwa dia tidak pernah menerima daerah Kurdi yang dipimpin YPG di Suriah, dan bahwa dia telah "terus terang mengkomunikasikan" harapannya agar Washington menyerahkan Gulen.

Sementara Trump berharap Turki tidak menentang rencana AS mempersenjatai pejuang YPG, yang merupakan kekuatan darat Pentagon untuk melawan ISIS di Raqa.


Selain itu, Trump juga menjamin akan melakukan pemantauan ketat pada Gulen dan memeriksa kembali dokumen di Pengadilan AS soal ekstradisi tokoh Islam tersebut. Trump juga berjanji akan mendukung serangan Turki terhadap pangkalan PKK di Sinjar, Irak utara.

"Itu tujuan utama [Turki],” kata Soner Cagaptay, direktur program penelitian Turki di Washington Institute of Near East Policy. "Dia akan menginginkan dukungan AS untuk operasi militer Turki di Sinjar."

Kendati demikian, setelah pertemuan mereka, Trump dan Erdogan saling menulis cuitan akrab di Twitter. Pemimpin AS tersebut mengatakan "kehormatan besar" menyambut tamu besar dari Turki, yang ditanggapi Erdogan dengan: “Saya yakin pertemuan hari ini akan memperkuat aliansi dan kemitraan strategis kita."

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER