Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 40 orang tewas dan terluka pada Rabu (31/5) pagi waktu setempat setelah sebuah ledakan besar menghantam jalanan di dekat kompleks diplomatik di Kabul, Afghanistan.
"Bom mobil meledak sekitar pukul 08.25 pagi. Setidaknya 40 orang tewas dan terluka," tutur Menteri Dalam Negeri Afghanistan, Najib Danish, tanpa merinci jumlah korban yang meninggal dan terluka.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan melaporkan, setidaknya 60 orang terluka dalam insiden ini. Sebagian besar korban merupakan warga sipil dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga kini, otoritas berwenang belum mengetahui target dan motif serangan ini. Belum ada pula pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, meski peristiwa ini terjadi seiring dengan kebangkitan Taliban.
Selain Taliban, kelompok teroris ISIS beberapa kali juga mengklaim bertanggung jawab atas sejumlah ledakan di Kabul, termasuk bom yang menyerang konvoi kendaraan militer NATO pada awal Mei lalu.
Kabul terus dihantui oleh serangkaian serangan bom sejak awal 2017 dengan jumlah korban tertinggi dalam tiga bulan pertama rata-rata setiap tahunnya.
Diberitakan
AFP, pasukan Afghanistan selama ini mati-matian memberangus gerilyawan militan, khususnya Taliban, yang menguasai sepertiga wilayah negara tersebut.
Dalam menumpas Taliban, Afghanistan dibantu oleh banyak pihak, termasuk Amerika Serikat yang mengerahkan 100 ribu personel militernya pada 2011 lalu.
Sempat merampingkan jumlah pasukan tersebut, kini AS mengatakan bahwa Afghanistan masih membutuhkan personel militernya untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai Taliban.
Saat ini, pasukan AS di Afghanistan berjumlah sekitar 8.400 orang, di tambah sekitar 5.000 pasukan NATO.
Menurut laporan sejumlah media AS, Pentagon berencana mengerahkan 3.000 hingga 5.000 tentara lagi, yang khusus ditugaskan melatih pasukan militer dan polisi Afghanistan.