Pengamat: Krisis Qatar karena Kecemburuan Negara Arab

CNN Indonesia
Sabtu, 10 Jun 2017 17:15 WIB
Pengamat LIPI menilai, kecemburuan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab atas kemajuan Qatar menjadi penyebab munculnya konflik. Terorisme hanya jadi alasan.
Ilustrasi Qatar. (REUTERS/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Krisis diplomatik antara Qatar dan negara di kawasan Timur Tengah diprediksi tak akan berlanjut hingga konflik fisik. Krisis diyakini muncul karena negara Timur Tengah ingin memperingatkan Qatar ihwal kecepatannya mereformasi bidang ekonomi dan politik dalam negeri.

Pengamat Timur Tengah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia M. Hamdan Basyar berkata, Qatar dapat peringatan dari negara-negara Timur Tengah karena dinilai terlalu maju berinovasi di sektor ekonomi dan politik. Menurutnya, kecemburuan atas kemajuan Qatar dimiliki Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

"Ini barangkali Arab merasa kurang suka sehingga perlu 'dijewer' untuk menurunkan kecepatan mereka untuk maju. Apalagi misalnya UEA juga merasa tersaingi secara ekonomi. Kemudian kenapa yang dituduhkan teroris, itu sebenarnya hanya alasan-alasan saja," kata Hamdan di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (10/6).

Ketegangan di kawasan Timur Tengah bermula pada Senin (5/6) ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain tiba-tiba memutus hubungan dengan Qatar. Langkah tersebut kemudian diikuti oleh Mesir, Yaman, Libya, Mauritania, bahkan Maladewa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Negara-negara itu menuding Qatar mendukung kelompok teroris yang berkaitan dengan Iran, musuh bebuyutan Saudi di kawasan. Namun, Qatar menampik tuduhan ini dan berharap sejumlah negara Teluk lainnya seperti Kuwait mau membantu menyelesaikan krisis diplomatik ini.

Hamdan menilai, posisi Qatar yang strategis secara geografis sebenarnya membuat negara itu tak bisa diblokade total. Sebabnya, negara itu masih memiliki akses ke Teluk Persia, dan memiliki hubungan baik dengan Iran yang berada di seberang Teluk tersebut.

"Qatar tak bisa diblokade karena dia terbuka sekali. Qatar belum akan tunduk, dia masih punya andalan. Perang ini saya prediksi tidak akan terjadi secara fisik," katanya.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Jakarta Ali Munhanif berpendapat kekisruhan melanda Qatar karena negara itu terbukti mampu dengan cepat mereformasi perekonomian hingga kini Qatar bertumpu pada hasil penjualan minyak bumi.

Kemampuan Qatar membangun beberapa universitas ternama membuat negara-negara Timur Tengah merasa terancam. Hal itu diperparah dengan adanya anggapan bahwa negara tersebut membantu kelompok teroris di sana.

"Reformasi ini berhasil. Qatar menjadi negara kecil tapi memiliki pengaruh besar," ujar Ali.


LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER