Jakarta, CNN Indonesia -- Kuwait menyatakan, Qatar bersedia mendengarkan kekhawatiran negara-negara Teluk yang telah memutus hubungan diplomatik dengan Doha lantaran diduga mendukung aktivitas terorisme.
"Kuwait menegaskan kesiapan Qatar untuk memahami realitas kekhawatiran saudara-saudara mereka, mengindahkan upaya meningkatkan keamanan dan stabilitas di kawasan," bunyi laporan kantor berita Kuwait,
KUNA, mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Sheikh Sabah al-Khalid Al-Sabah, Senin (12/6).
Kisruh ini bermula ketika tiga negara Teluk, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain, secara mengejutkan memutus segala hubungan diplomatik dengan Qatar pada Senin pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah yang belakangan diikuti oleh Mesir, Yaman, Libya, Mauritania, hingga Maladewa ini dilakukan dengan dalih tudingan Doha mendukung Iran, pemberontak, juga kelompok teror seperti ISIS, Al-Qaidah, hingga Ikhwanul Muslimin--tuduhan yang dibantah keras oleh Qatar.
Krisis diplomatik ini menyebabkan mobilitas warga dan perdagangan kawasan terganggu karena sejumlah negara bersengketa menutup segala akses perhubungan dengan Doha.
Namun, Kuwait yang selama ini kerap bersikap sebagai penengah di kawasan, tetap mempertahankan hubungannya dengan Qatar. Kuwait berharap, perselisihan ini dapat diselesaikan "dengan kekeluargaan" antar negara Teluk.
Sejak krisis ini mencuat, Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber al-Sabah bahkan telah bertolak ke Riyadh dan bertemu dengan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, berupaya meredakan ketegangan.
Meski begitu, sejumlah negara bersengketa masih menganggap skeptis keinginan Qatar untuk berembuk ini.
"Apakah ini awal dari kebijaksanaan [Qatar] dan pemikiran yang masuk akal? Saya harap demikian," ungkap menteri luar negeri UAE di akun Twitternya.