Gunung Sampah Laut Picu Protes Warga Libanon

CNN Indonesia
Kamis, 15 Jun 2017 03:45 WIB
Warga memprotes pemerintah yang membuat kesepakatan berisikan izin bagi salah satu perusahaan swasta untuk membuang limbah ke laut di pinggiran Beirut.
Warga memprotes pemerintah yang telah membuat kesepakatan berisikan izin bagi salah satu perusahaan swasta untuk membuang limbah ke laut di pinggiran Beirut. (Foto: AFP PHOTO/PATRICK BAZ)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gundukan sampah dan limbah perusahaan yang dibuang begitu saja ke laut di Beirut, Libanon, memicu kemarahan warga.

Selama lebih dari sepekan terakhir, sejumlah gambar yang diambil oleh masyarakat beredar dan menunjukan truk-truk sampah membuang barang bawaan mereka itu ke Laut Mediterania di sekitar wilayah Borj Hammoud.

Gundukan sampah itu menimbulkan aroma tidak sedap yang tercium hingga ke bagian utara pinggiran ibu kota.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gunung sampah di Borj Hammoud, Beirut utara, dibuang berdasarkan kesepakatan antara Dewan Pembangunan dan Rekonstruksi (CDR) dan sebuah perusahaan swasta," tutur Wadih al-Asmar, aktivis You Stink, Rabu (14/6).

"Mereka telah menyimpan sampah di wilayah itu selama lebih 20 tahun dan membuangnya ke laut," katanya menambahkan.


Menteri Lingkungan Hidup Tarek al-Khatib mengonfirmasi adanya kesepakatan antara pemerintah dan perusahan swasta mengenai pembuangan limbah ke laut.

Menanggapi keluhan warga, Khatib menuturkan telah mengirim surat ke CDR untuk memperbaiki situasi. Dia juga tengah mencari solusi untuk meminimalisir kerusakan lingkungan akibat sampah laut tersebut.

Namun, sejumlah aktivis merasa tak puas dengan upaya pemerintah, melampiaskan kemarahan mereka di media sosial hingga membuat situasi semakin "memalukan."

"Limbah dibuang ke laut terbuka dan menteri lingkungan hidup membenarkannya. Dia memberi mereka lampu hijau," bunyi kampanye You Stink, seperti dikutip AFP.

Kelompok pemerhati lingkungan itu mengecam sikap pemerintah yang dianggap tak acuh ini, mengatakan sampah laut bisa membunuh ekosistem di bawah air.

Libanon pernah mengalami krisis limbah besar sekitar pertengahan 2015 lalu. Tumpukan sampah besar menggunung di jalanan ibu kota dan sekitarnya menyusul penutupan tempat pembuangan akhir di negara tersebut.

Krisis tersebut memicu protes massa yang tak sedikit menyalahkan politikus terhadap masalah ini.

Pada 2016, pemerintah Libanon, yang telah didera korupsi endemik sejak 1990 itu, memutuskan membuka kembali TPA dan membuat dua TPA baru, salah satunya di Borj Hammoud.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER