London, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris Theresa May akhirnya bersedia menemui korban kebakaran mematikan di Grenfell Tower di 10 Downing Street, London, Inggris. Dilansir dari CNN, Sabtu (17/6), PM May disebut menghabiskan waktu 2 jam 30 menit dengan beberapa korban.
Sebelumnya, pada Kamis (15/6), May datang ke tempat kejadian perkara, tapi tak berbicara pada korban. Alhasil, dia pun dikecam dengan kata-kata “Anda memalukan” dan “Pengecut” oleh pengunjuk rasa di lokasi kejadian.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, May beberapa kali ditanya apakah dia salah menilai kejadian tersebut dan mengapa tak menemui korban. “Ini adalah tragedi buruk,” kata May, Jumat (16/6). ”Orang-orang meninggal dunia dan yang lain kehilangan segalanya, semua miliknya, rumah, dan segalanya.”
“Kami akan memberikan dukungan untuk membantu mereka, tapi ini tragedi yang buruk sekali. Saya sudah mendengar cerita mengerikan dari pemadam kebakaran, dari polisi, dan dari korban sendiri, yang berada di bangunan, dan juga dari penduduk lokal, beberapa yang tentu saja tak bisa kembali ke rumah mereka.”
Pertemuan May dengan korban dan warga sekitar, sukarelawan, dan pemimpin komunitas, juga terjadi setelah Ratu Elizabeth II mengeluarkan pernyataan pada saat ulang tahunnya. “Sulit untuk menghindari mood nasional yang sangat muram.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumat kemarin memang Ratu dan Pangeran William, Duke of Cambridge, telah berkunjung ke lokasi kebakaran dan bertemu dengan warga di sana. Ratu berkata, hari itu biasanya ada perayaan, tapi tahun ini sulit untuk menghindari suasana bangsa yang sangat muram.
“Bulan-bulan ini, negeri kita menyaksikan sejumlah tragedi yang buruk,” kata Ratu Elizabeth.
Mengenai angka resmi korban kebakaran hebat itu, angka resmi dari kepolisian masih 30 orang tewas. Tapi Komandan Polisi Metropolitan Stuart Cundy menyebut kemungkinan 58 orang tewas.
“Ada 58 orang di dalam Grenfell Tower pada malam kejadian yang disebut hilang dan dengan sedih saya berasumsi, mereka sudah meninggal dunia,” kata , seperti dikutip kantor berita AFP, Sabtu (17/6).
Namun, jumlah korban tewas yang bisa dikonfirmasi pada kejadian hari Rabu (14/6) itu, kata Cundy, adalah 30 orang. Sebanyak 16 mayat sudah dievakuasi dari tempat kejadian. Polisi khawatir tak akan mendapati yang selamat di dalam bangunan 24 lantai yang berisi 120 unit apartemen itu.
Mengenai angka 58 itu, “Saya harap tak sebanyak itu, tapi bisa juga bertambah,” kata Cundy. “Mungkin saja beberapa selamat dan baik-baik sana, mungkin untuk beberapa alasan, belum memberitahu polisi tentang keberadaannya.”
Korban pertama yang terkonfirmasi adalah Mohammed Alhajali, seorang pengungsi Suriah berusia 23 tahun. Dia datang ke Inggris pada 2014 bersama abangnya. Mahasiswa teknik sipil di West London University ini tinggal di lantai 14.
“Mohammed yang menempuh perjalanan berbahaya untuk meninggalkan perang dan kematian di Suriah, hanya untuk menemui ajalnya di sini di Inggris, di rumahnya sendiri,” kata Syrian Solidarity Campaign, dalam sebuah pernyataan. “Mimpinya adalah kembali ke Suriah dan membangun negerinya kembali.”
Cundy mengatakan polisi akan menginvestigasi bangunan itu dan perbaikan yang dilakukan pada 2016 untuk mencari tahu penyebab kebakaran. Polisi juga melakukan penyelidikan kejahatan terhadap peristiwa itu.