Jakarta, CNN Indonesia -- Australia mencabut penangguhan misi udara militer atas Suriah pada Kamis (22/6), menyusul penembakan sebuah jet tempur Suriah oleh pasukan AS.
Penangguhan misi itu dilakukan karena ketegangan yang meruncing antara Amerika Serikat dan Rusia, yang memperingatkan bahwa mereka bisa melacak pesawat pasukan koalisi di Suriah sebagai “target potensial”.
Selain itu, Moskow juga menangguhkan komunikasi militer dengan Washington, terkait insiden itu, guna mencegah konfrontasi yang lebih panas di langit Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Pertahanan Australia menyebut dalam sebuah pernyataan, penangguhan itu merupakan “upaya pencegahan untuk memberi kesempatan pada pihak koalisi menilai risiko operasional.”
“Tapi kini penangguhan itu telah dicabut,” sebut Kemhan Australia.
Amerika Serikat langsung melakukan upaya pencegahan agar kondisi tidak bertambah runyam di Suriah, usai pesawatnya menembak jet tempur rezim Bashar al-Assad pada Minggu.
Pejabat senior AS menyebut bahwa pihaknya akan memberlakukan kembali saluran komunikasi darurat “dekonfliksi” yang ditetapkan pada 2015, setelah Rusia menyebut Washington gagal menggunakan saluran tersebut sebagai alat pencegahan inside vital, sebelum menargetkan pesawat di dekat Raqqa.
Australia merupakan bagian dari pasukan koalisi AS melawan ISIS di Irak dan pada 2015 memperluas operasi udara mereka ke Suriah dengan total 780 tentara yang ditempatkan di Timur Tengah.
Pasukan koalisi AS pada September menyebut akan memperluas cakupan sasaran serangan udara melawan ISIS dengan mengizinkan pilotnya menyerang sumber logistik para militan di Irak dan Suriah.
Gugus Tugas Udara Australia terdiri dari 300 personel, enam pesawat tempur F/A-18 Hornets, jet pengawas E-7A Wedgetail Airborne, dan sebuah kapal tanker Multi-Role KC-30A serta pesawat pengangkut.