Muslim Rohingya Laporkan 'Kejahatan' yang Dialami Pada Media

CNN Indonesia
Minggu, 16 Jul 2017 02:03 WIB
Muslim Rohingya melaporkan kehilangan keluarganya, kasus pembunuhan, dan perkosaan kepada wartawan internasional yang datang pertama kali ke Rakhine.
Warga muslim Rohingya melaporkan kehilangan dan kasus yang menimpa mereka pada wartawan internasional. (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perempuan muslim Rohingya berbaris untuk melaporkan suami, ibu, dan anak mereka yang hilang kepada para wartawan dari media internasional yang datang pertama kalinya ke Rakhine, Myanmar. Kawasan ini merupakan bagian yang terkena dampak kekerasan sejak Oktober.

"Anak saya bukanlah teroris. Dia ditangkap saat sedang bekerja di ladang," kata seorang ibu muda, Sarbeda, dikutip dari Reuters.

Beberapa lainnya melaporkan suaminya yang ditangkap.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada November, tentara Myanmar menyapu seluruh desa tempat tinggal warga Rohingya di Maungdaw.


Penyelidik PBB sempat melakukan wawancara dengan pengungsi Rohingya beberapa waktu lalu. Dalam wawancara tersebut, pengungsi mengungkapkan adanya perkosaan, penyiksaan, pembakaran, dan pembunuhan yang dilakukan pasukan keamanan dalam operasi tersebut. Hal ini dianggap masuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pemerintah Myanmar yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi menyangkal terjadinya hal tersebut. Pemerintah juga dianggap menghalangi masuknya tim pencari fakta PBB, menahan jurnalis independen serta pemantau hak asasi manusia di luar wilayah tersebut selama 9 bulan terakhirr.

Minggu ini, Kementerian Informasi mengantar lebih dari 12 wartawan asing dan lokal yang mewakili media internasional, termasuk Reuters, ke daerah di bawah pengawasan polisi penjaga perbatasan.


Para wartawan menghabiskan waktu dua hari di Buthidaung, Maungdaw, Rakhine, tempat yang diduga banyak terdapat aktivitas militan. Mereka juga dibawa ke Kyar Gaung Taung, satu dari tiga pemukiman yang diinginkan wartawan. Hanya saja, pejabat setempat menyebutkan bahwa ada keterbatasan waktu dan akses di tempat tersebut.

Namun ketika sekelompok wartawan meminta waktu untuk bicara dengan penduduk desa, pasukan keamanan langsung memberikan tuduhan pelanggaran keamanan.

Seorang guru sekolah yang tak mau disebut namanya karena takut dibunuh mengungkapkan bahwa setidaknya ada 32 orang dari desa itu yang ditangkap. Sedangkan 10 orang lainnya dibunuh. Dia juga memperkirakan bahwa setengah dari 6000 warga desa sudah melarikan diri selama operasi pembersihan.

Dibakar sampai mati

Berbeda dengan Sarbenda, warga Kyar Gaung Taung yang sudah bisa menemui anaknya di sebuah kamp polisi, Lalmuti tak bisa bertemu ayahnya.

Lalmuti, perempuan berusia 23 tahun menunjuk ke tumpukan abu kecil. Di tempat itu, dia mengungkapkan kalau dia menemukan jenazah ayahnya.

Lalmuti mengenang bagaimana dia melihat ayahnya diikat dan dilemparkan ke dalam rumah yang terbakar. Ayahnya dibakar sampai mati.

Sedangkan ibunya, ditangkap polisi saat dia mengeluhkan pembunuhan tersebut. Ibunya dipenjara selama enam bulan.

Hanya saja, para wartawan tak punya kesempatan untuk mengonfirmasi kasus tersebut.

Hanya saja dalam sebuah konferensi pers, Brigadir Jenderal Thura San Lwin, komandan polisi perbatasan Myanmar mengatakan bahwa warga desa memberikan laporan yang keliru.

"Media mengatakan bahwa kami membakar rumah dan ada kasus perkosaan. Mereka memberikan informasi yang salah," katanya kepada wartawan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER