Jakarta, CNN Indonesia -- Serangan bom bunuh diri di kantor berita Afghan Voice dan sebuah pusat kebudayaan di Kabul menewaskan puluhan orang, Kamis (28/12). Dilaporkan bahwa sebagian besar korban ledakan adalah pelajar.
Dikutip
Reuters, wakil juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Nasrat Rahimi, mengatakan setidaknya 40 orang tewas dan 30 orang luka-luka akibat ledakan. Insiden ini adalah kedua kalinya organisasi media diserang di Kabul.
Di pusat kebudayaan, serangan terjadi bertepatan dengan diskusi panel pagi hari. Sejumlah saksi mengatakan kebanyakan korban adalah pelajar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Youtube]Sayed Abbas Hussaini, wartawan di kantor berita tersebut, mengatakan kemungkinan ada lebih dari satu ledakan yang menyusul ledakan awal di pintu masuk ke kantornya. Dia mengatakan satu wartawan tewas dan seorang lainnya menderita luka.
Sejumlah foto yang dikirim saksi menunjukkan kerusakan serius di lokasi dan sejumlah korban tewas atau luka-luka tergeletak. Lokasi serangan berada di area padat penganut Syiah di bagian barat Kabul.
Afghan Voice mempunyai keterkaitan dengan Syiah, tapi sejauh ini belum ada klaim tanggung jawab atas serangan. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menyatakan kelompoknya tidak terlibat.
Serangan terbaru dari serangkaian aksi serupa beberapa tahun terakhir ini menyusul insiden di sebuah stasiun televisi swasta di Kabul, bulan lalu.
[Gambas:Video CNN]Didukung oleh serangan udara terdahsyat Amerika Serikat sejak misi internasional di Afghanistan, pasukan pemerintah telah memukul mundur Taliban di banyak area dan mencegah kejatuhan pusat urban direbut para pemberontak.
Namun, serangan besar di kota-kota besar terus berlanjut sementara para pemberontak mencari cara lain untuk terus beraksi dan mengecilkan kepercayaan masyarakat atas keamanan.
Menurut sebuah laporan Wartawan Tanpa Batas, Afghanistan adalah salah satu negara paling bahaya di dunia untuk pekerja media. Dua wartawan dan lima asisten media tercatat tewas saat menjalankan tugas di tahun ini, sebelum serangan tersebut.
[Gambas:Video CNN] (aal)