Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan siswa Amerika Serikat berbaring berserakan di depan Gedung Putih, dikelilingi ratusan pengunjuk rasa yang menyerukan pengetatan aturan senjata setelah tragedi penembakan di sekolah kembali terjadi pada pekan lalu.
Kelompok Remaja untuk Reformasi Senjata itu menyatakan bahwa dengan aksi berbaring selama tiga menit tersebut, mereka ingin menunjukkan kengerian di Marjory Stoneman Douglas High School di Florida ketika Nikolas Cruz melepaskan tembakannya.
"Kami menyerukan agar negara bertanggung jawab dan mengurangi jumlah insiden tragis ini. Penting bagi kami untuk merasa aman selama berada di dalam kelas," ujar inisiator protes, Eleanor Nuechterlein dan Whitney Bowen, dalam pernyataan resmi yang dikutip CNN.
Awalnya, mereka hanya mengharapkan 17 teman dekat mereka berpartisipasi dalam protes ini, sesuai dengan jumlah korban dalam insiden tersebut. Namun ternyata, kampanye protes ini tersebar di jejaring sosial dan menarik perhatian ratusan orang lain yang akhirnya turut hadir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu yang ikut serta dalam unjuk rasa itu adalah seorang anggota dewan dari Partai Demokrat, Don Beyer. Aktif menyerukan pengetatan aturan senjata selama ini, Beyer pun mengaku bangga melihat anak muda peduli dengan isu tersebut.
"Saya sangat bangga dengan mereka. Jalanan itu sangat dingin dan basah. Ini juga hari libur. Namun, mereka aktif secara politik. Saya harap ini dapat membawa perubahan atas sikap kita terhadap aturan senjata," ucap Beyer kepada
CNN.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump sudah menyatakan dukungan terhadap upaya meningkatkan pengecekan latar belakang pada pembeli senjata api.
Menurut kantor kepresidenan Amerika Serikat, Trump berbicara kepada Senator John Cornyn, politikus Partai Republik, soal undang-undang bipartisan yang diajukannya bersama Senator Chris Murphy dari Partai Demokrat untuk meningkatkan kepatuhan federal pada pengecekan latar belakang kejahatan.
"Sementara diskusi berjalan dan revisi tengah dipertimbangkan, Presiden mendukung upaya-upaya untuk meningkatkan sistem cek latar belakang federal," kata juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, dalam pernyataan yang dikutip
Reuters, Selasa (20/2).
Banyak politikus Republik secara umum menenntang langkah pembatasan senjata api, mengutip Amandemen Kedua Konstitusi AS yang melindungi hak kepemilikan senjata.
Trump sendiri adalah pendukung kuat hak kepemilikan senjata yang mendapat sokongan dari Asosiasi Senapan Nasional, kelompok lobi berpengaruh di AS, saat berkampanye 2016 lalu.
Dia sempat memicu kemarahan sejumlah siswa karena kicauannya yang menyebut Biro Investigasi Federal (FBI) gagal mencegah penembakan di sekolah Florida karena terdistraksi penyidikan terkait intervensi Rusia dalam pemilu. FBI telah mengakui gagal bertindak meski sudah ada tanda-tanda dari tersangka, Nikolas Cruz.
(has)