Mahmoud Abbas 'Walk Out', AS Nyatakan Siap Berunding

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Rabu, 21 Feb 2018 12:29 WIB
AS menyatakan siap berbicara dengan Mahmoud Abbas soal perdamaian Timur Tengah. Namun, pemimpin Palestina itu lebih memilih diadakan konferensi internasional.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas meninggalkan ruangan sebelum Dubes AS untuk PBB, Nikki Haley, berbicara soal perdamaian Timur Tengah. (REUTERS/Denis Balibouse)
Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat menyatakan "siap berbicara" dengan Mahmoud Abbas, presiden Palestina yang menolak upaya perdamaian Timur Tengah ala Amerika setelah negara itu mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Di sisi lain, lewat pidato di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa (20/2), Abbas meminta diadakan konferensi internasional pada pertengahan 2018, untuk memulai kembali proses merdamaian dengan Israel dan membentuk "mekanisme multilateral" sebagai pengawas.

Dia meninggalkan majelis sebelum Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley berbicara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga Palestina memandang niat pemerintahan AS terkait perdamaian Timur Tengah dengan sangat skeptis, setelah Presiden Donald Trump melawan tradisi para pendahulunya dan memulai proses pemindahan kedutaan besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem.

"Para negosiator kami duduk di belakang saya, siap berbiacara. Namun, kami tidak akan mengejar Anda. Pilihannya, Pak Presiden, ada di tangan Anda," kata Haley, merujuk pada menantu Trump, Jared Kushner, dan utusan AS untuk Timur Tengah, Jason Greenblatt.
Kushner dan Greenblatt tengah menggodok rencana perdamaian baru. Mereka bertemu dengan 15 duta besar Dewan Keamanan secara tertutup setelah sidang terbuka pada Selasa.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson pada pekan lalu mengatakan rencana itu "cukup canggih." Sejauh ini masih belum banyak yang diketahui terkait rencana tersebut.

Juru bicara Gedung Putih, Josh Raffel, mengatakan rencana perdamaian akan diungkap "ketika sudah selesai dan waktunya tepat." Namun, menyusul keputusan Trump mengklaim Yerusalem, warga Palestina tidak lagi memandang AS sebagai negosiator netral.

"Kami bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, empat kali sepanjang 2017, dan kami telah menyampaikan kesiapan kami untuk mencapai kesepakatan damai historis," kata Abbas sebagaimana dikutip Reuters.
"Namun pemerintahan ini tidak mengklarifikasi posisinya. Apakah mendukung solusi dua negara, atau satu negara?"

Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu oktanya. Sementara itu, Palestina menginginkan bagian timur kota tersebut sebagai ibu kotanya kelak jika merdeka penuh.

Yerusalem adalah rumah bagi situs-situs suci bagi tiga agama, yakni Islam, Yahudi dan Kristen.

(aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER