Jakarta, CNN Indonesia -- Militer Filipina menyatakan sebanyak 300 eks anggota Maute, kelompok militan yang berafiliasi dengan ISIS dan pernah menguasai Marawi, kini kembali menyatukan kekuatan dan merencanakan serangan baru di negara itu.
"Mereka kembali bersatu, berlatih, dan merekrut anggota untuk merencanakan serangan lain," ucap juru bicara divisi infanteri angkatan darat Filipina, Ronald Suscano, Senin (5/3).
Suscano mengatakan bahwa para militan ini adalah anggota Maute yang berhasil kabur dari gempuran pasukan pemerintah di Marawi pada 2017 lalu.
Meski pemerintah berhasil merebut kembali Marawi, para militan yang berhasil kabur itu membentuk kelompok lebih kecil dan sempat berupaya masuk ke Manila untuk melakukan pengeboman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panglima militer Filipina, Rolando Bautista, juga mengatakan bahwa banyak pemberontak yang berhasil kabur dari gempuran pasukannya di Marawi dan membawa kabur harta hasil jarahan dari rumah-rumah warga.
Menurut Bautista, harta tersebut digunakan para pemberontak untuk membeli senjata dan merekrut anggota baru.
"Masih ada kemungkinan mereka akan mengokupasi kota lainnya. Ada kemungkinan yang cukup besar hal itu terjadi," katanya seperti dikutip Reuters.
Akhir pekan lalu, polisi dilaporkan menangkap dua anggota Maute yang diduga hendak meluncurkan teror di dekat sebuah stasiun di distrik Tondo, Manila. Namun, keduanya berkeras mengatakan bahwa keberadaan mereka di Manila untuk bersembunyi, bukan melancarkan serangan.
Di tempat terpisah, pemimpin mantan kelompok pemberontak, Front Pembebasan Islam Moro (MILF), Al Hajj Murad Ebrahim, juga telah memperingatkan pemerintah soal kebangkitan kelompok Maute.
Ebrahim bahkan memaparkan Maute berencana menduduki dua kota di selatan, yakni Ilgan dan Catabato, dengan bantuan teroris asing yang terdesak di Irak dan Suriah.
Karena ancaman ini, Filipina memperpanjang darurat militer di Kepulauan Mindanao sampai akhir 2018, meski pemerintah sudah mendeklarasikan Marawi bebas ISIS.
(has)