Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Perdana Menteri Korea Selatan sekaligus pendiri badan intelijen negara, Kim Jong-pil, tutup usia di umur 92 tahun pada Sabtu (23/6).
Kim Jong-pil menjabat sebagai PM dari 1971-1975 dan terpilih kembali pada 1998-2000 di bawah presiden saat itu, Kim Dae-jung.
Kim Jong-pil diyakini meninggal karena faktor usia, di
Soonchunhyang University Hospital, Seoul. Semasa hidup, dia dikenal sebagai salah satu politikus konservatif ternama di Negeri Ginseng.
Bersama mantan presiden Kim Young-sam dan Kim Dae-jung, Kim Jong-pil dianggap sebagai tokoh politik paling berpengaruh di Korsel selama 1980-1990-an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Korsel menggambarkan masa tersebut sebagai "era tiga Kim". Trio Kim tersebut pernah dijegal dari politik Korsel selama 1980-1987 saat Presiden Chun Doo-hwan berkuasa.
Dilansir
AFP, karir politik Kim Jong-pil bermula pada 1961 silam ketika dia bergabung dengan Presiden Park Chung-hee meluncurkan kudeta militer.
Kim Jong-pil membantu Park mengkonsolidasikan cengkramannya di pemerintahan dengan mendirikan Badan Intelijen Pusat Korsel. Agensi itu dulu digunakan sebagai alat represi pemerintahan otoriter Park.
Saat itu, badan intelijen Korsel ini memiliki kewenangan yang tak terbatas dan tak terkendali. Badan tersebut bisa sewenang-wenang menangkap, menyiksa, hingga menganiaya lawan politik Park.
Kim Jong-pil juga pernah memimpin negosiasi rahasia terkait normalisasi hubungan Korsel dengan Jepang yang merupakan mantan penjajah negaranya.
Misi rahasia itu tak lama tercium publik hingga memicu gelombang protes besar-besaran selama pertengahan 1960-an.
(stu)