Jakarta, CNN Indonesia -- Militer
Turki mengirim pasukan tambahan dalam jumlah terbesar ke provinsi
Idlib, Suriah, dalam upaya negara itu mencegah serangan pasukan Presiden
Bashar al-Assad yang dibantu Rusia.
Laporan-laporan media ini muncul ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan bertemu dengan Vladimir Putin dari Rusia agar Kremlin tidak mempergunakan kekuatan dalam merebut provinsi Idlib dari tangan kelompok perlawanan.
Kesepakatan Rusia dan Turki mengatur pendirian 12 titik pengawas di dalam wilayah Idlib yang bertujuan memonitor penurunan pertempuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koran Hurriyet melaporkan bahwa pasukan tambahan itu meliputi tank dan piranti keras militer lain yang ditemani oleh konvoy 50 kendaraan militer.
Pasukan ini dikirim menuju titik observasi Turki di Idlib bernama Jisr al-Shugur pada Minggu (16/9).
Ini adalah langkah paling baru yang diambil Turki dalam beebrapa hari belakangan yang bertujuan memperkuat titik observasi Turki di provinsi ini namun koran Hurriyet menyebut ini adalah pengerahan militer terbesar dalam ketegangan yang semakin memuncak di wilayah itu.
Idlib dianggap sebagai benteng pertahanan terakhir militer yang beroposisi pada pemerintah Presiden Assad dalam perang saudara yang sudah berlangsung selama tujuh tahun.
Sekitar 60 persen wilayah Idlib dikuasai oleh kelompok jihadis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang disebut sebagai penerus cabang kelompok al Qaedah di Suriah.
Presiden Turki Erdogan berulang kali memperingatkan serangan pemerintah untuk merebut kembali Idlib akan menyebabkan bencana kemanusiaan dan memicu gelombang baru pengungsi ke dalam wilayah Turki.
Dalam pernyataan di media Turki, Erdogan memperingatkan konsekuensi serangan ke Idlib akan sangat "besar".
"Rakyat yang pergi akan datang ke Turki. Mereka tidak akan pergi ke Iran, Irak, Rusia, Jerman atau Perancis. Ini sebabnya mereka harus membantu Turki dan sama-sama menanggung beban itu," kata Erdogan seperti dikutip media Turki, Senin (17/9).
Secara teori Turki dan Rusia berada di kubu yang saling bermusuhan dalam perang Suriah karena Ankara mendukung kelompok perlawanan yang ingin menyingkirkan Assad, sementara Moskow bersama Tehran merupakan sekutu utama presiden Suriah.
Beberapa bulan terakhir Turki dan Rusia bekerja sama untuk menciptakan perdamaian di Suriah tetapi pengamat mengatakan ketegangan akibat masalah Idlib akan menjadi ujian bagi persekutuan kedua negara ini.
 Turki diberi izin untuk memiliki 12 titik di wilayah Idlib berdasarkan kesepaktan dengan pemerintah Rusia. (Anadolu/Cem Genco) |
Meski Ankara mengatakan sepakat dengan Moskow terkait upaya mengusir kelompok ekstrimis dari Idlib, negara ini juga khawatir dengan nasib kelompok perlawanan moderat pro-Turki yang juga ada di provinsi itu.
Erdogan juga mengatakan bahwa langkah bersama harus diambil untuk melawan "kelompok-kelompok teroris yang ada di oposisi".
Tetapi dia memperingatkan Turki tidak akan "ikut serta dalam satu langkah yang akan menjadi alasan untuk melakukan pengeboman."
(yns)