Jakarta, CNN Indonesia -- Sebelas kandidat akan bertarung memperebutkan kursi perdana menteri untuk menggantikan
Theresa May yang mengundurkan diri di tengah kegagalan negosiasi
Inggris keluar dari Uni Eropa atau
Brexit.
Kesebelas kandidat tersebut akan resmi bertarung menarik perhatian publik Inggris setelah May mengajukan surat pengunduran diri pada Jumat (7/6).
AFP merangkum profil singkat para kandidat tersebut berdasarkan haluan kebijakan mereka terhadap Brexit, dengan atau tanpa kesepakatan lebih lanjut.
Jika dengan kesepakatan, Inggris akan tetap menjalin sejumlah hubungan ekonomi dengan Uni Eropa. Sebaliknya, jika tanpa kesepakatan, Inggris benar-benar memutus hubungan dengan blok tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktif berusaha tanpa kesepakatanAndrea Leadsom
Leadsom mundur sebagai pemimpin Dewan Rendah parlemen pada 22 Mei, memicu pengunduran diri May pada hari berikutnya.
Dia menyatakan ingin membawa Inggris keluar dari Uni Eropa keluar tanpa kesepakatan, juga tak memakai tenggat waktu tambahan.
Perempuan berusia 56 tahun itu sempat masuk dalam dua besar pertarungan kursi pemimpin pada 2016 lalu, tapi kalah. Kini, ia masuk dalam tiga besar kandidat PM yang dijagokan.
 Andrea Leadsom masuk dalam tiga besar kandidat PM yang dijagokan. (Jeff Overs/BBC/Handout via Reuters) |
Esther McVey
Mantan presenter TV ini mengundurkan diri dari jabatan menteri pensiun pada tahun lalu karena dukungannya terhadap Brexit. Konservatif 'kerah biru' ini mengatakan ingin Inggris benar-benar bebas dari Brussels.
Terbuka tanpa kesepakatanBoris Johnson
Tokoh dalam kampanye Brexit pada 2016 lalu ini menyatakan bahwa ia terbuka untuk mengeluarkan Inggris dari keanggotaan Uni Eropa dengan kesepakatan atau tanpa kesepakatan.
Johnson sebenarnya menjabat sebagai menteri luar negeri pada masa kepemimpinan May, tapi mengundurkan diri karena strategi tak setuju dengan strategi negosiasi Brexit.
Berkarisma dan populer di kalangan konservatif independen, ia menjadi salah satu tokoh favorit dalam ajang persaingan ini.
 Berkarisma dan populer di kalangan konservatif independen, Boris Johnson menjadi salah satu tokoh favorit dalam ajang persaingan ini. (Matt Frost/ITV/REX/Shutterstock via Reuters) |
Dominic Raab
Mantan menteri berusia 45 tahun itu mengundurkan diri sebagai protes atas kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa yang dibuat May.
Dia mengatakan Inggris harus siap meninggalkan Uni Eropa tanpa perjanjian sambil tetap berusaha untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik ketimbang usulan May.
Sajid David
Lahir dari keluarga sopir bus imigran Pakistan, mantan bankir ini ingin menjadi wajah Inggris modern, multikultural, dan meritokratis.
Pada 2016, Javid sempat memilih Inggris untuk tetap bergabung dengan Uni Eropa. Namun kemudian, ia menjadi advokat Brexit.
Menolak tanpa kesepakatan pada OktoberMichael Gove
Pria berusia 51 tahun ini termasuk di antara orang Eropa paling bersemangat yang tersisa di pemerintahan May dan dipandang sebagai figur pemersatu.
Dinilai menjadi yang terfavorit kedua, ia disebut siap untuk menunda Brexit hingga tahun depan daripada hengkang tanpa kesepakatan pada 31 Oktober.
 Dinilai menjadi yang terfavorit kedua, Michael Gove disebut siap untuk menunda Brexit hingga tahun depan daripada hengkang tanpa kesepakatan pada 31 Oktober. (Reuters/Hannah Mckay) |
Jeremy Hunt
Menteri luar negeri Inggris ini sempat mendukung agar Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa, tapi berubah pikiran di kemudian hari.
Mantan pengusaha ini disebut sebagai politikus yang ulet dengan kinerjanya sebagai Kepala Layanan Kesehatan Nasional selama enam tahun di masa krisis pendanaan.
Pria berusia 52 tahun ini mengatakan akan mendorong keras untuk kesepakatan baru dengan Brussels tanpa menutup kemungkinan hengkang tanpa kesepakatan.
Mark Harper
Mantan politikus yang diadili terkait kedisiplinan partai ini tak bertugas di bawah kepemimpinan May. Menurutnya, oleh karena itu, ia tidak ada ikatan apa pun dengan pemerintahan sebelumnya.
Harper menganggap Inggris membutuhkan perpanjangan waktu melebihi 31 Oktober untuk menetapkan kesepakatan baru, tapi ia siap hengkang tanpa perjanjian ketimbang tidak sama sekali.
Dengan kesepakatanRory Stewart
Menteri Pembangunan Internasional ini pernah menjadi pejabat di Kementerian Luar Negeri yang pernah bertugas di kantor koalisi saat Amerika Serikat melakukan invasi pada 2003.
Ia menganggap pilihan tanpa kesepakatan akan "merusak".
 Rory Stewart menganggap pilihan tanpa kesepakatan akan "merusak". (Reuters/Simon Dawson/File Photo) |
Matt Hancock
Menteri Kesehatan berusia 40 tahun ini merupakan salah satu bintang partai yang sedang naik daun. Sebagai seorang moderat, ia dipandang kompeten dalam pekerjaannya dan terampil di menghadapi media.
Dia menentang Brexit selama referendum 2016, tapi kemudian berpaling.
Referendum keduaSam Gyimah
Pria berusia 42 tahun itu berhenti sebagai Menteri Universitas pada November untuk menggaungkan opsi referendum kedua yang akan menentukan Inggris akan tetap keluar dari Uni Eropa atau tidak.
Ia ikut serta dalam laga perebutan kursi perdana menteri untuk memberikan lebih banyak pilihan dalam menangani Brexit.
Jika terpilih, ia akan menggelar referendum dengan tiga pilihan, yaitu dengan kesepakatan, tanpa kesepakatan, atau tetap di Uni Eropa.
(agn/has)