Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah warga asing dilaporkan menjadi korban penipuan lowongan kerja di bidang hiburan dari Indonesia dengan mencatut beberapa nama tokoh perfilman Hollywood,
Amerika Serikat. Kini Biro Penyelidik Federal (
FBI) turun tangan mengusut kasus itu.
Dalam laporan surat kabar
The New York Times yang dilansir pada Rabu (17/7), orang-orang yang menjadi korban penipuan itu antara lain fotografer, penulis, pemeran pengganti, penata rias, tenaga keamanan dan lain-lain. Mereka termakan rayuan dan terbang ke Indonesia.
Mereka diminta membayarkan sejumlah uang untuk datang ke Indonesia dengan alasan akan digunakan untuk biaya penginapan hingga jasa antar jemput, dan dijanjikan bakal diganti kemudian. Namun, bukannya mendapat pekerjaan dan, uang mereka malah amblas.
Menurut laporan situs hiburan,
The Hollywood Reporter, kasus ini dijuluki '
Penipu Ratu Hollywood'. Pelakunya kerap memberi iming-iming kepada korban dengan mencatut sejumlah orang-orang berpengaruh dan pemimpin perusahaan perfilman di Hollywood.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka yang digunakan namanya adalah Presiden Lucasfilm Kathleen Kennedy, Eksekutif Marvel Victoria Alonso, mantan komisaris Sony Pictures sekaligus pengusaha Amy Pascal, pengusaha dan produser film Wendi Deng Murdoch, serta Direktur Seleksi Peran Sarah Finn.
FBI sudah menerbitkan peringatan pada Senin lalu terkait kasus penipuan ini. Menurut salah satu agen FBI Biro San Diego, Todd Hemmen, orang-orang yang pernah melamar dan dihubungi untuk mendapatkan peluang kerja di bidang hiburan di Indonesia harus berhati-hati.
"Harap diperhatikan untuk orang-orang yang berencana pergi ke Indonesia untuk melamar pekerjaan di bidang hiburan. Ada kasus penipuan yang sedang berjalan dan mereka harus cermat sebelum mengambil keputusan," demikian isi peringatan FBI.
Menurut Todd sangat tidak lazim ada lowongan pekerjaan di bidang hiburan yang meminta para pelamar membayarkan sejumlah uang dan dijanjikan akan diganti. Todd menyatakan sudah menyiapkan saluran pengaduan melalui situs FBI bagi orang-orang yang menjadi korban penipuan ini.
"Para pelaku sepertinya sangat rinci menirukan orang-orang penting itu dan menyembunyikan latar belakang mereka, dan juga bisa mengelabui para pelamar," kata Todd.
Menurut detektif swasta AS yang juga Direktur K2 Intelligence, Nicoletta Kotsianas, skema penipuan ini diduga dilakukan secara perorangan. Menurut dia laporan penipuan ini sudah diterima sejak dua tahun lalu.
Kotsianas memperkirakan ada sekitar 100 korban warga asing terkait penipuan ini. Menurut dia kerugian yang ditanggung para korban bervariasi antara US$3 ribu hingga US$20 ribu (sekitar Rp42 juta sampai Rp280 juta).
Bahkan ada korban yang sampai merugi hingga US$150 ribu (sekitar Rp2 miliar) karena bolak-balik AS-Indonesia karena meyakini bakal mengerjakan proyek besar yang ternyata fiktif.
(ayp/dea)