Konflik AS-Iran: Trump di Antara Perang dan Negosiasi

CNN Indonesia
Selasa, 23 Jul 2019 11:59 WIB
Strategi yang saat ini diterapkan Amerika Serikat terhadap Iran untuk menyelesaikan konflik dinilai cukup membingungkan. AS sendiri tampak kehabisan pilihan.
Presiden AS Donald Trump. (REUTERS/Carlo Allegri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Strategi yang saat ini diterapkan Amerika Serikat terhadap Iran untuk menyelesaikan konflik dinilai cukup membingungkan. Washington sendiri tampak kehabisan pilihan guna menghindari peningkatan ketegangan antar kedua negara.
 
Presiden Donald Trump sendiri tidak mempermasalahkan pilihan mana yang harus diterapkan, perang atau jalur diplomasi dengan Iran. Menurut dia, hasil kedua pilihan tersebut akan tetap sama.
 

"Saya tidak masalah bagaimana hal ini akan berjalan," ujar presiden Trump ketika ditanya pada Senin (22/7). Sejauh ini, Trump sendiri kerap menjatuhkan sejumlah sanksi kepada Iran dan di waktu bersamaan, AS juga berulang kali menyerukan agar dilakukan perundingan.
 
Namun, ketika ditanya apakah AS condong ke arah negosiasi atau konflik, Trump tidak berbuat banyak untuk meyakinkan Iran yang lebih memilih proses negosiasi guna menyelesaikan konflik internasional keduanya.  
 
Melihat tindakan AS tersebut, Suzanne Maloney selaku peneliti senior di Institusi Brookings mengatakan, "Pemerintahan Trump sedang menghadapi percabangan terkait kebijakannya sendiri."
 
Kepada AFP, Maloney mengatakan, "AS telah memberikan sejumlah tekanan kepada Iran dan (AS) sedang bersiap untuk terus menekan (Iran) selama mereka anggap itu perlu, selama Washington bisa menghindari peningkatan ketegangan dan meletusnya konflik militer."
 
Iran sendiri secara terang-terangan menolak dilakukannya perundingan di bawah tekanan terhadap negaranya. Ketegangan antar kedua negara ini pun semakin meningkat dengan adanya beberapa insiden, seperti penembakan pesawat nirawak milik Angkatan Bersenjata Iran oleh AS, kapal tanker minyak yang secara misterius diserang, serta beberapa kapal yang direbut oleh Teheran dan sekutu AS Inggris.
 

Menurut Maloney, "Iran sedang mencoba untuk mengetahui keberadaan garis merah (pertahanan dan kekuatan rudal) dari pemerintahan AS."
 
Trump mengatakan, "Kami siap untuk hasil terburuk."

Ia berulang kali menegaskan keinginannya agar kekuatan militer AS tidak ikut campur dalam konflik dengan Iran. Trump juga sempat menyatakan pembatalan serangan ke Iran di waktu-waktu kritis pada Juni lalu.
 
"Itu membuat AS terlihat lemah," ujar Barbara Slavin selaku Direktur Future of Iran Initiative di Dewan Atlantik.
 
Menurut Slavin, tindakan AS menciptakan situasi bahaya dan insiden dapat berlanjut di Teluk sehingga meningkatkan risiko kemunduran atas konflik yang ingin dihindari kedua negara tersebut.
 
Slavin juga menganggap Trump telah memojokkan dirinya sendiri ketika memutuskan untuk menarik AS keluar dari perjanjian Iran tahun 2015 guna mengekang program nuklir Iran dengan imbalan terbebas dari sanksi.

 [Gambas:Video CNN]

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(ajw/dea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER