Jakarta, CNN Indonesia --
Korea Utara menembakkan dua
rudal jarak pendek pada Kamis pagi (25/7). Rudal tersebut diarahkan ke laut di dekat Wonsan.
Seorang pejabat di kementerian pertahanan Korea Selatan kepada
Reuters mengaku bahwa rudal itu terbang sekitar 430 km (267 mil) dan mencapai ketinggian 50 km (30 mil) sebelum jatuh ke Laut Timur.
Kyodo News Jepang yang mengutip sumber pemerintah menyebut rudal itu tidak mencapai zona ekonomi eksklusif Jepang dan tidak berdampak pada keamanan nasional Jepang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militer Korea Selatan mengatakan itu merupakan uji coba rudal pertama sejak pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump sepakat melanjutkan pembicaraan denuklirisasi saat mereka bertemu di zona demiliterisasi (DMZ) pada akhir Juni.
Penembakan rudal balistik pun kini menimbulkan keraguan pada upaya perundingan denuklirisasi tersebut.
[Gambas:Video CNN]Sementara itu, Gedung Putih, Pentagon, dan Departemen Luar Negeri AS tidak mau berkomentar.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan: "Kami mengetahui laporan proyektil jarak pendek yang diluncurkan dari Korea Utara. Kami tidak memiliki komentar lebih lanjut."
Amerika Serikat dan Korea Utara telah berjanji untuk segera mengadakan putaran baru perundingan, namun Pyongyang meradang setelah militer AS dan pasukan Korea Selatan melakukan latihan bersama.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara awal bulan ini mengatakan bahwa Washington "mengingkari komitmennya secara sepihak" dengan mengadakan latihan militer dengan Korea Selatan.
Hal tersebut membuat Pyongyang mempertimbangkan kembali komitmennya sendiri untuk menghentikan tes senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua.
"Korea Utara jelas kesal karena AS dan Korea Selatan melakukan latihan militer bersama," kata Harry Kazianis dari peneliti Pusat Kepentingan Nasional Washington.
Korea Utara terakhir kali melakukan Fuji coba nuklir pada Mei lalu termasuk rudal jarak pendek serta roket kecil. Saat itu Kim mengawasi langsung penerbangan pertama uji coba.
Kemudian pada Selasa, kantor berita
KCNA melaporkan Kim memeriksa kapal selam baru, salah satu sistem persenjataan perang tercanggihnya.
Ini bisa menjadi sinyal kelanjutan pengembangan program rudal balistik (SLBM) yang diluncurkan kapal selam.
(dea)