Jakarta, CNN Indonesia -- Koalisi pimpinan
Arab Saudi menggempur kelompok pemberontak Yaman yang didukung
Iran,
Houthi, dalam satu operasi militer pertama sejak insiden serangan drone di kilang minyak terbesar Saudi Aramco pekan lalu.
Melalui pernyataan di
Saudi Press Agency, Kamis (19/9), koalisi Saudi melaporkan bahwa gempuran tersebut berhasil menghancurkan empat markas Houthi di Hudaidah, di mana kelompok pemberontak tersebut merakit kapal-kapal dan ranjau laut.
Mereka menyebut keempat tempat tersebut sebagai ancaman bagi keamanan maritim di sepanjang jalur pelayaran Bab al-Mandeb dan Laut Merah.
Beberapa jam sebelum gempuran tersebut, koalisi Saudi memang mengumumkan mereka mengintersepsi "kapal ranjau yang dikendalikan dari jauh" yang digunakan para pemberontak untuk "aksi teror di selatan Laut Merah."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koalisi Saudi mengaku menghancurkan kapal tersebut dalam sebuah operasi. Namun, mereka tak menjabarkan lebih lanjut target utama operasi itu.
Gempuran ini dianggap meningkatkan ketegangan di tengah situasi yang belum reda sejak serangan ke kilang minyak terbesar milik Saudi Aramco akhir pekan lalu.
Tak lama setelah serangan yang memangkas 5 persen produksi minyak dunia tersebut, Houthi langsung mengaku bertanggung jawab.
Namun, Amerika Serikat langsung mempertanyakan klaim tersebut karena menurut citra satelit mereka, serangan tersebut tak mungkin datang dari arah Yaman.
Mereka lantas menuding Iran sebagai dalang di balik serangan ini. AS pun mengaku siap membeberkan bukti konkret tuduhan mereka tersebut.
[Gambas:Video CNN]Perang di Yaman sendiri sudah memanas sejak beberapa tahun belakangan. Saudi mulai mengintervensi sejak 2015, ketika Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi terpaksa kabur setelah Houthi menduduki Istana Kepresidenan di Sanaa.
Konflik ini pun disebut-sebut sebagai perang proksi antara Saudi dan Iran di kawasan karena sejumlah pihak menuding Teheran menyokong pergerakan Houthi.
(has)